BKKBN Sumsel sosialisasikan "Seribu Hari Pertama Kehidupan"

id bkkbn,berita palembang,berita sumsel,Kampung KB,pil kb,keluarga berencana

BKKBN Sumsel sosialisasikan "Seribu Hari Pertama Kehidupan"

Kepala BKKBN Sumsel Waspi pengarahan di masyarakat di Desa Tanjung Merindu, OKI. (ANTARA News Sumsel/BKKBN Sumsel/18)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Provinsi Sumatera Selatan menyosialisasikan program "Seribu Hari Pertama Kehidupan" ke sejumlah kabupaten untuk untuk mencegah lahirnya generasi stunting (anak tidak sesuai tumbuh kembang).

BKKBN SUmsel menggelar sosialisasi di Desa Sukarame dan Desa Tanjung Merindu Kecamatan Tanjung Lubuk Kabupaten OKI, Jumat (10/8), yang juga merupakan Kampung KB.

Dalam kesempatan itu hadir juga Kades Tanjung Merindu Tarmizi,  Kepala Desa Sukarame Kec Tanjung Lubuk Kab OKI M Yusuf, Camat Tanjung Lubuk Abdul Hakim, dan Narasumber Alhady Nasir SKM M Kes dari Dinas pengendalian Penduduk dan KB kabupaten OKI Dan Dr Singgih Rafftian Dwi Laksono dari Puskesmas Pagarayan

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel Waspi mengatakan, pemenuhan gizi pada anak sejak dini terhitung sejak dalam kandungan atau yang dikenal dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) sangat penting untuk mencetak anak Indonesia yang sehat dan cerdas.

"Pentingnya seribu HPK harus terus disosialisasikan karena masih banyak yang tidak tahu bahwa dari fase kehamilan (270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730 hari) itu menjadi fase terpenting dalam kehidupan," kata dia.

Untuk itu, ibu hami diharapkan proaktif dalam memperhatikan gizinya dengan rutin memeriksakan kandungan di puskemas serta rutin mengkonsumsi makanan bergizi seperti ikan, sayur, dan buah.

Waspi menambahkan dengan dicanangkannya Kampung KB, akan mempermudah warga untuk memperoleh layanan kesehatan layanan KB dari pemerintah.

Di Kampung KB terdapat layanan Posyandu yang memberikan perhatian khusus ke anak dan ibu dengan memberikan layanan kartu menuju sehat, kartu kembang anak.
   
"Jangan ada dua balita dalam satu keluarga. Dan hindari 3G Gandeng gendong gendut," ujar dia.

Sasaran orientasi generasi emas yakni Sasaran keluarga yang mempunyai bayi dua tahun (baduta), bayi tiga tahun (batita), ibu hamil, PUS, remaja ibu menyusui.

Sedangkan untuk remaja, Waspi menegaskan untuk tidak menikah pada usia dibawah 21 tahun karena belum siap dari segala sisi baik fisik mental dan reproduksi.

"Kasus perceraian di Indonesia rata rata 40 perceraian perhari dan 70 persennya remaja" kata dia.(Adv)