Kuliner dominan kuasai industri kecil menengah Indonesia

id kuliner,ikm,industri

Kuliner dominan kuasai industri kecil menengah Indonesia

Kuliner (ANTARA News Sumsel/Fernando Tri Tanjung/Erwin Matondang/18)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia masih dikuasai sektor kuliner, kata Direktur IKM pangan Barang dari Kayu dan Furniture Kementerian Perindustrian, Sudarto. 

"Sebanyak 43 persen IKM banyak sektor pangan dan minuman (kuliner), 37 persen sektor sandang, kimia dan kerajinan, sedangkan sisanya sektor besi, logam, elektronik serta mesin, kuliner memang masih menguasai karena produksinya yang cepat berputar," kata Sudarto, Jumat. 

Menurutnya secara keseluruhan saat ini ada 4,5 juta IKM di Indonesia dengan pertumbuhan rata-rata 12 persen IKM baru yang pelaku usahanya banyak memanfaatkan penjualan daring (e-commerce) sehingga tiap tahun peningkatanya lumayan besar. 

Dia menjelaskan meskipun jumlah pelaku IKM cukup tinggi, namun sedikit sekali yang memiliki potensi untuk ekspor karena masih belum banyak produk tersertifikasi, bisa dibayangkan hanya 172 dari 2 juta lebih IKM sektor kuliner memenuhi syarat penjualan lintas internasional. 

Pihaknya sendiri terus membina, melatih dan mendorong pelaku IKM agar mensertifikasi produknya secara berjenjang mulai bahan baku, standar cara pengolahan, kehalalan, ISO dan SNI produk,  hingga pengemasan, agar bisa dipromosikan oleh kementerian Perindustrian. 

"Contohnya saja pempek, standar keamanan pangan dari dinkes sudah ada, sertifikasi halalnya juga ada, tinggal pengolahannya lagi yang harus jelas bahan bakunya, harus higienis, perlu diberikan sentuhan teknologi, seperti teknologi iradiasi dari PT Pindad agar pempek bertahan lama tanpa campuran pengawet, kalau sudah semuanya tersertifikasi baru bisa dipormosikan dan ekspor," ujar Sudarto. 

Syarat yang tidak kalah penting untuk bersaing dengan produk internasional yakni ciri khas produk tersebut, misalnya kopi Aceh, bakpia Jogja, rendang Padang, termasuk pempek Palembang yang dibuat dari bahan baku ikan gabus, tenggiri atau belida, disamping pentingya standarisasi produk, lanjutnya.

Ia menambahkan dalam membina pelaku IKM pihaknya lebih memaksimalkan lewat komunitas atau kelompok karena jauh lebih efektif dibanding membina perorangan dan memacu pertumbuhan IKM agar tidak datar (flat).

"Misalnya ada kelompok petani kopi yang kami berikan alat roasting (pembakaran), begitu kami bina lalu kami berikan alatnya kemudian kami  programkan, maka tingkat produksi kopi meningkat, ikut menstimulus pertumbuhan warung-warung kopi saat ini dengan ragam penyajianya, ini salah satu indikator pembinaan secara komunitas lebih efektif disamping sentuhan teknologi juga begitu penting," jelas Sudarto.