Jangan jadikan monumen perjuangan tempat mesum

id Monumen,Monumen perjuangan

Jangan jadikan monumen perjuangan tempat mesum

Monumen perjuangan Kota Lubuklinggau, Selasa (14/8) (ANTARA News Sumsel/Sudirman/Erwin Matondang/18)

....Saya sangat tidak suka melihat anak- anak muda sekarang menjadikan monumen perjuangan menjadi tempat mesum....
Lubuklingggau (ANTARA News Sumsel) - Guna mengingat sejarah perjuangan pahlawan bangsa, Sejarawan Suhandi mengajak seluruh pemuda  untuk merawat monumen perjuangan yang ada di kota Lubuklinggau.

"Saya sangat tidak suka melihat anak- anak muda sekarang menjadikan monumen perjuangan menjadi tempat mesum dan itu sangat tidak menghormati para pejuang," kata Suhandi kepada ANTARA Sumsel News, Selasa. 

Ditegaskannya, seharusnya para pemuda harus menghargai sejarah yang ada di Lubuklinggau, dan mengharapkan kepada pemerintah untuk bersama-sama berpikir agar bisa membuat monumen sejarah yang lebih baik lagi.

Suhandi meneruskan, saat ini monumen perjuangan sudah memiliki pagar sekeliling, akan tetapi tidak ada pihak yang merawatnya, sehingga monumen terlihat berantakan dan terbengkalai bahkan dijadikan anak-anak  tempat berkumpul tidak benar.

"Bila perlu monumen perjuangan harus ada yang jaga dan penjaganya diberikan gaji, sehingga orang tidak bisa sembarangan masuk, bahkan alangkah baiknya monumen di cat kembali, bila perlu untuk menyumbang saya siap," cetusnya

Ia menjelaskan sedikit sejarah monumen perjuangan di Lubuklinggau. Monumen perjuangan dibangun pada tahun 1972,  itu untuk menghargai  Letkol Atmo dan 63 perjuang lainnya yang gugur.

Diteruskannya pada tanggal 13 Desember 1945 Indonesia Sudah merdeka, namun  tentara Jepang saat itu masih tinggal di sub komando Sumatera Selatan (Subkoss) sehingga para pejuang melakukan musyawarah untuk mengusir para tentara jepang.

Setelah itu para pejuang menembak markas jepang dengan senjata manual jenis kecepek yang mereka buat sendiri, dikarenakan senjata tersebut hanya bisa menembak satu peluru, akibatnya tentara jepang mengetahui dan menghujani tembakan dengan senjata otomatis milik tentara jepang.

Akibatnya 63 pejuang meninggal akibat hujanan peluru tentara Jepang, sebab itulah untuk manghargai para pejuang tersebut dibangunlah monumen perjuangan.

"Karena itu saya mengajak semuanya untuk menghargai perjuangan para pahlawan," tutupnya.

Baca juga: Anak jalanan tewas terkurung di monumen