Kementerian PPA dorong pemulihan psikologis korban pascagempa di Lombok

id pengungsi,gempa lombok,berita sumsel,berita palembang,Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,psikologi korban gempa,berita antara

Kementerian PPA dorong pemulihan psikologis korban pascagempa di Lombok

Dokumentasi- Relawan menghibur anak pengungsi. (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)

Manado (ANTARA News Sumsel) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mendorong upaya-upaya pemulihan psikologis korban pascagempa terutama bagi perempuan dan anak-anak, seperti di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya.

"Kami tetap mendampingi korban-korban terutama perempuan dan anak-anak agar mereka bisa terhindar dari perasaan-perasaan yang menakutkan bahwa gempa ini adalah satu hal yang membuat mereka tidak tenteram, kapan saja bisa muncul, di mana saja," kata Menteri PPPA Yohana Yembise, Manado, Sulawesi Utara, Sabtu, terkait para korban gempa bumi di Nusa Tenggara Barat.

Yohana berkunjung ke Manado dalam rangka menghadiri acara penyelaman massal terbanyak oleh penyelam perempuan dan pembentangan Bendera Merah Putih terpanjang di dalam laut.

Dia menuturkan pihaknya akan memfasilitasi pemulihan trauma pasca bencana (trauma healing) dan melakukan pendekatan psikologis kepada para korban melalui koordinasi dengan institusi terkait seperti Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan di daerah-daerah.

"Kami berkomunikasi dengan kepala dinas yang ada di daerah-daerah, dinas yang menangani pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di tingkat provinsi sampai kabupaten dan kota. Kami tidak bisa dari pusat turun, paling kami hanya bisa koordinasi dengan mereka, dengan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak," ujarnya.

Pihak kementerian itu juga terus berkoordinasi dengan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak yang akan melakukan pemulihan trauma di daerah yang terdampak bencana.

"Trauma healing, pendampingan psikologis itu kami berikan, yang juga bagian dari tugas pokok dan fungsi kami, tapi tetap kami bekerja sama dengan unit-unit pelaksana daerah terkait," ujarnya.

Yohana menuturkan staf-stafnya telah terjun dan langsung memantau keadaan dan memberikan bantuan kepada para korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya.

"Staf kami sudah di sana (Lombok) dan saya akan pergi rencana tanggal 20 Agustus 2018 untuk sekaligus menunjukkan rasa empati, simpati saya kepada masyarakat yang ada di Lombok termasuk lebih khusus perempuan dan anak," ujarnya.

Kordinasi tersebut misalnya dengan Dinas Sosial untuk rehabilitasi sosial, dan dengan Kementerian Pendidikan san Kebudayaan untuk masalah pendidikan anak.

"Walaupun dengan keadaan seperti itu anak-anak itu kan harus tetap bersekolah hak-hak mereka, tumbuh kembang mereka termasuk perlindungan khusus terhadap mereka tetap harus ada," ujarnya.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan hingga Sabtu (11/8) tercatat 387 orang meninggal dunia dengan sebaran 334 orang di Kabupaten Lombok Utara, 30 orang di Lombok Barat, 10 orang di Lombok Timur, sembilan orang di Kota Mataram, dua orang di Lombok Tengah, dan dua orang di Kota Denpasar.

BNPB memperkirakan jumlah korban meninggal akan terus bertambah karena masih ada korban yang diduga tertimbun longsor dan bangunan roboh, dan adanya korban meninggal yang belum didata dan dilaporkan ke posko.

Sementara itu, dia mengatakan sebanyak 13.688 orang luka-luka. Pengungsi tercatat 387.067 jiwa tersebar di ribuan titik, yakni 198.846 orang di Kabupaten Lombok Utara, 20.343 orang di Kota Mataram, 91.372 orang di Lombok Barat, dan 76.506 orang di Lombok Timur.