Pertamina bangun proyek senilai Rp20triliun

id pertamina,berita sumsel,Terminal BBM,pipanisasi, pembangunan Terminal LPG,Konversi Minyak Tanah ke LPG,Rekayasa Industri,Terminal LPG

Pertamina bangun proyek senilai Rp20triliun

Dokumentasi- Petugas melintas di dekat tangki BBM Terminal Automation System (TAS)-New Gantry System (NGS) di Depot BBM . (ANTARA News Sumsel/Nova Wahyudi/dol/17)

Jakarta (ANTARA News Sumsel) - PT Pertamina (Persero) membangun sebanyak 29 proyek strategis khususnya wilayah Indonesia Timur yang memiliki nilai keseluruhan sebesar Rp20 triliun.

Berdasarkan data yang diterima Antara di Jakarta, Senin, proyek tersebut dibagi dalam empat kategori, yakni pembangunan Terminal BBM serta pipanisasi, pembangunan Terminal LPG, perbaikan hingga pengembangan sarana tambat dan pembangunan Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) beserta dengan sarana penunjang lainnya.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito, mengatakan Pertamina mengalokasikan dana lebih dari Rp36 triliun, di mana senilai Rp20 triliun difokuskan untuk proyek strategis, khususnya di wilayah timur Indonesia.

"Berbagai proyek strategis tersebut untuk memperkuat distribusi BBM dan LPG, khususnya di wilayah timur Indonesia, sekaligus mendukung program-program pemerintah, seperti BBM Satu Harga dan Program Konversi Minyak Tanah ke LPG di wilayah timur Indonesia," ujar Adiatma.

Menurut Adiatma, dari 29 proyek strategis tersebut, sebanyak 10 proyek dengan nilai Rp4,9 triliun ditujukan untuk pembangunan Terminal BBM dan pipanisasi guna mendukung pola suplai yang lebih efisien.

Sebanyak empat proyek diantaranya berlokasi di wilayah timur Indonesia yakni Pengembangan Terminal BBM Maumere, Pengembangan Terminal BBM Bau-bau, Pengembangan Terminal BBM Biak serta penambahan Tangki Timbun di 14 lokasi lainnya di wilayah timur Indonesia.

Sedangkan untuk pembangunan Terminal LPG sebanyak 12 proyek senilai Rp10 Triliun guna mendukung program Konversi Minyak Tanah ke LPG di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan proyek ini juga bertujuan untuk mengefisienkan pola suplai dengan menghilangkan Floating Storage and Offloading (FSO) yang selama ini digunakan sebagai media penampungan sementara.

"Khusus untuk wilayah timur Indonesia, Pertamina membangun empat proyek Terminal LPG Pressurized di Bima, Kupang, Wayame dan Jayapura," jelas Adiatma.

Sementara untuk meningkatkan kehandalan operasi serta konektivitas antar pulau sejalan dengan pengembangan bandara baru, Pertamina tengah melakukan pembangunan tiga DPPU beserta dengan sarana penunjang lainnya senilai Rp3,4 triliun. Sedangkan untuk meningkatkan kehandalan pasokan via laut, Pertamina saat ini mengeksekusi empat proyek perbaikan dan pengembangan sarana tambat kepelabuhan senilai Rp1,6 triliun.

Proyek-proyek tersebut, lanjut Adiatma, saat ini sebagian besar telah berjalan, dan masuk pada tahap konstruksi, sedangkan sisanya pada tahap persiapan. "Khusus tahun 2018 ini, berdasarkan RKAP yang telah disahkan oleh Kementerian BUMN sebagai pemegang saham, telah disediakan anggaran sebesar Rp6 Triliun atau setara 462 juta dolar AS," ucap Adiatma.

Guna mendukung investasi tersebut, pembiayaan proyek infrastruktur dilakukan oleh Pertamina dan anak perusahaannya. Sementara untuk kontraktor pelaksana, Pertamina bersinergi dengan BUMN Karya seperti Wijaya Karya, Barata Indonesia, Hutama Karya dan Rekayasa Industri (Rekin).

"Dengan sinergi, pembangunan berbagai proyek tersebut diharapkan selesai lebih cepat, sekaligus juga tidak membebani arus kas Perseroan," kata Adiatma.