Komunitas kopi ajak petani ubah pola panen

id kopi,petani kopi,cara menanam kopi,berita sumsel,berita palembang,berita antara,pecinta kopi

Komunitas kopi ajak petani ubah pola panen

Seorang petani memanen biji kopi . (ANTARA/Syifa Yulinnas)

Bengkulu (ANTARA News Sumsel) - Komunitas Kopi Bengkulu mengajak para petani mengubah pola panen yakni hanya memanen biji kopi yang sudah matang saja atau dikenal dengan petik merah.

"Masih banyak petani di sini yang memanen kopi dengan cara merontokkan seluruh buah. Padahal, cara seperti ini malah merugikan petani," kata Ketua Komunitas Kopi Bengkulu Hery Supandi di Bengkulu, Minggu. Menurut dia, ada beberapa kerugian bagi petani jika panen asal-asalan dengan memanen langsung seluruh buah.

Pertama, dari sisi kualitas komoditas.

"Oleh karena saat panen tercampur dengan biji yang belum matang, maka akibatnya kualitas dan cita rasa kopi menjadi rendah," ujarnya.

Ia mengatakan para pengusaha kopi seperti restoran, kafe, dan eksportir tentu enggan mengambil komoditas yang asal panen saja, sebab mereka harus mempertanggungjawabkan kualitas produk yang mereka sediakan ke konsumennya.

"Harganya menjadi lebih murah. Contohnya, kopi panen asal-asalan hanya bisa dijual tak lebih dari Rp20.000 per kilogram, sedangkan petik merah bisa lebih dari Rp40.000 per kilogram," sebut Hery.

Selain kualitas, petik asal-asalan ternyata juga mempengaruhi kesuburan kopi, sehingga untuk panen berikutnya, kuantitasnya menjadi terus menurun.

"Buah atau biji kopi menjadi semakin jarang dan sedikit saja. Berbeda dengan petik merah, malah memberikan dampak positif, buahnya akan semakin lebat," ucapnya.

Selain pola panen, menurut dia, komunitas kopi setempat juga mengajak petani untuk mulai memperhatikan penanganan pascapanen, sehingga kualitas komoditas ini dapat dipertahankan dengan baik.

"Mulai dari pemisahan biji, penjemuran, sampai pemanggangan, kami terus mengedukasi ini. Di beberapa daerah baik kota maupun kabupaten di Bengkulu sudah tersedia rumah khusus kopi yang menyediakan tempat khusus penjemuran dan mesin pemanggangan kopi," kata Hery.

Dengan terus menjaga kualitas, menurut Hery, akan menjadi langkah paling efisien agar kopi asal Bengkulu ini diperhitungkan baik di tingkat nasional maupun internasional.

"Sebenarnya, kopi kita sudah terkenal sampai ke negara lain, hanya saja untuk menjadi yang diperhitungkan tentu banyak yang harus dibenahi," ujarnya.