Indonesia ingatkan pentingnya kolaborasi ASEAN turunkan emisi gas

id emisi gas,berita sumsel,berita palembang,asean negara asean,asean,negara asean,berita antara

Indonesia ingatkan pentingnya kolaborasi ASEAN turunkan emisi gas

Bangunan dan tata kota yang ramah lingkungan memiliki peran besar dalam pengurangan emisi gas rumah kaca,. (ANTARA/Yudhi Mahatma )

Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Indonesia menegaskan kembali pentingnya kolaborasi negara anggota ASEAN (ASEAN Member States/AMS) dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan atau Land Use Land Use Changes of Forest (LULUCF) sebesar 1.65 Gt carbon per tahun. Kepala Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Agus Justianto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat, mengatakan pada The 19th International Seminar on Current International Issues Affecting Forestry dan Forest Product di Nay Pyi Taw, Myanmar, Indonesia dan beberapa negara lainnya berbagi pengalaman terkait kontribusi sektor kehutanan bagi implementasi kontribusi nasional yang telah ditetapkan untuk menurunkan emisi (Nationally Determined Contribution/NDC) "Berdasarkan proses implementasi NDC, AMS dapat mengerjakan hal-hal besar jika bekerja bersama, dalam rangka mempengaruhi kebijakan di level internasional," kata Agus.

Ia mengatakan bahwa mengingat 75 persen dari 17 persen emisi global merupakan kontribusi dari negara-negara berkembang, maka AMS dapat mengurangi emisi 5,48 emisi dari total emisi target NDC, yang dinyatakan pada Kesepakatan Paris (Paris Agreement).

"Walaupun tahapan implementasi REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation) berbeda antar negara, namun implementasi REDD+ penting untuk memenuhi target NDC, di bawah kerangka Paris Agreement," lanjutnya. Sebagai ASEAN Senior Officer on Forestry (ASOF) Leader dari Indonesia Justianto menyampaikan sektor kehutanan berkontribusi 17,2 persen untuk mencapai 29 persen target NDC Indonesia.

"Hal ini didukung strategi menjaga angka deforestasi sebesar 0,45 juta hektare (ha) per tahun, hingga 2020, dan 0,35 juta ha per tahun, dari 2021-2030," ujar dia.

Justianto mengatakan prinsip Manajemen Hutan Lestari, rehabilitasi 12 juta ha lahan terdegradasi (atau 800.000 ha per tahun dengan angka keberhasilan 90 persen), dan restorasi dua juta ha lahan gambut, hingga 2030 dengan angka keberhasilan 90 persen, juga menjadi strategi lain pengurangan emisi GRK ini.