Peternak gagal produksi, harga telur ayam meroket

id Telur ayam,Unggas,Harga telur

Peternak gagal produksi, harga telur ayam meroket

Arsip-Penjual telur ayam (Foto Antarasumsel.com/Feny Selly)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Banyak peternak telur ayam gagal produksi sehingga memicu kenaikan harga komoditas tersebut di sejumlah pasar tradisional Kota Palembang. 

"Memang banyak peternak di sekitar wilayah palembang gagal produksi sehingga pasokan telur berkurang, maka harga jadi naik," kata kepala dinas perdagangan provinsi Sumatera Selatan Yustianus, Kamis.

Pantauan antarasumsel.com harga telur di pasar KM 5 Palembang menembus Rp25.000 - Rp28.000 per Kilogram, sedangkan di pasar Sako Rp24.000 - Rp28.000 perkilogram. 

Menurut Yustianus harga normal telur di pasar tradisional Rp22.000 - Rp23.000 perkilogram, namun kenaikan harga tersebut belum terlalu parah, jika memang kenaikan berlangsung terus menerus pihaknya memibta kementerian berupaya memasok dari peternak wilayah lain. 

Sementara Ketua Asosiasi Masyarakat Perunggasan Sumatera Selatan (Ampera) Ismaidi mengakui banyak pelaku usaha telur mengalami gagal produksi menyebabkan penurunan pasokan ke pedagang. 

"Ya betul, sekarang produksi sehari hanya 150 ton per hari, sedangkan dua bulan lalu masih 250 ton per hari, kami berkesimpulan faktor cuaca yang membuat produksi menurun, padahal untuk Kota Palembang sendiri sekarang sedang tinggi permintaan jelang asian games," ujar Ismaidi saat dihubungi via seluler, Kamis. 

Ismaidi menjelaskan jumlah ayam petelur di Sumsel saat ini 7 juta ekor dan harga telur di tingkat agen sekarang Rp20.000, naik dari harga normal Rp16.000, bahkan harga di tingkat peternak sudah ada yang tembus Rp20.000.

Ia berharap masyarakat tidak menyalahkan peternak telur karena pihaknya sendiri sulit mengatasi permasalahan produksi tersebut akibat faktor non teknis yakni cuaca yang terlalu panas untuk ayam. 

"Kami tentu rugi kalau kondisi terus menerus seperti ini, sebab hasil produksi tidak bisa menutupi ongkos produksi, semoga saja cuaca kedepan membaik, kalau peternak sendiri kebanyakan menyuplai kepada yang berani bayar tinggi, maka  akan ada perebutan permintaan, ini jelas bisa mengganggu harga," jelas Ismaidi.