Kemenristekdikti nilai mahasiswa tak cukup hanya menguasai satu bahasa asing

id mahasiswa,berita sumsel,berita palembang,berita antara,Kemenristekdikti,bahasa asing

Kemenristekdikti nilai mahasiswa tak cukup hanya menguasai satu bahasa asing

Ilustrasi. (Ist)

Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Prof Intan Ahmad mengatakan mahasiswa tak cukup hanya menguasai satu bahasa asing.

"Paling tidak sekarang, bisa menguasai dua bahasa asing. Kalau dulu, yang perlu dikuasai adalah Bahasa Inggris, namun sekarang penguasaan Bahasa Inggris suatu keharusan dan perlu penguasaan bahasa asing lainnya," ujar Intan saat membuka seminar internasional "Pengajaran Bahasa Mandarin Profesional" se-Asia Tenggara di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Jakarta, Selasa.

Oleh karena itu, Intan mendorong mahasiswa untuk terus belajar dan menguasai bahasa asing karena pada era global penguasaan bahasa merupakan satu keharusan.

Secara statistik, lanjut dia, bahasa asing yang paling banyak digunakan adalah bahasa Mandarin. "Karena populasinya yang sangat besar," ujarnya.

Bahasa Mandarin juga telah menjadi pilihan utama bagi mereka yang belajar bahasa asing. Jumlah, orang non Tionghoa yang belajar Bahas Mandarin meningkat dengan cepat. Setiap tahun ada sekitar 750.000 orang dari seluruh dunia yang mengikuti tes kemahiran Bahasa Mandarin.

Penguasaan Bahas Mandarin juga mampu membuka jalan menuju kerja sama yang lebih lanjut dengan Tiongkok dalam berbagai bidang termasuk politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya.

Rektor UAI, Asep Saifuddin, mengatakan pihaknya ingin memetik pelajaran dari pengajaran Bahasa Mandarin di Asia Tenggara.

"Kuncinya itu yakni pembelajaran pengajaran Bahasa Mandarin di kita dan juga Asia Tenggara," kata Prof Intan Ahmad menegaskan.

Saat ini ada enam Pusat Bahasa Mandarin di Tanah Air, yakni UAI, Universitas Hasanuddin, Universitas Tanjung Pura, Universitas Maranatha, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Negeri Surabaya.

Pihaknya juga akan membentuk forum rektor enam universitas tersebut, yang bertujuan sebagai wadah saling belajar mengenai pengajaran Bahasa Mandarin.