Mahasiswa Sumsel berpotensi terpapar Radikalisme

id Radikalisme,Terorisme,Mahasiswa

Mahasiswa Sumsel berpotensi terpapar Radikalisme

Wakil Gubernur Sumsel Ishak Mekki, Ketua FKPT Sumsel Feriansyah, Inspektur BNPT Amrizal dan sejumlah pembicara dalam Forum Literasi pencegahaan terorisme di Palembang, Kamis (5/7/18) (ANTARA News Sumsel/Deny Wahyudi/Erwin Matondang/18)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumsel menyatakan mahasiswa di Sumatera Selatan berpotensi terpapar paham Radikalisme.

“Hasil survei yang dilakukan BNPT dan FKPT Sumsel, 55 persen mahasiswa di Sumsel terpapar paham radikalisme. Metode yang kami gunakan dengan mensurvey 60 mahasiswa dari tiap Kabupaten dan Kota. Faktor penyebab paham radikal masuk dominan berasal dari keluarga, saudara, dan media sosial," kata Ketua FKPT Sumsel Feriansyah disela acara Forum Literasi pencegahaan terorisme di Palembang, Kamis.

Menurutnya Forum literasi penting untuk mencegah potensi masuknya paham radikalisme dikalangan anak muda.

Ia juga mengatakan progam selanjutnya FKPT dan BNPT akan gencar melakukan kegiatan sosialisasi bagaimana pencegahan aksi teroris dan paham radikalisme di Sumatera Selatan.

"Dalam forum ini saya mengimbau masyarakat terutama mahasiswa bahwa pencegahan paham radikalisme itu penting," tegas Feriansyah.

Meskipun terkenal dengan wilayah Zero Konflik, ia juga mengatakan, tidak menutup kemungkinan bahwa paham semacam radikalisme akan masuk di Provinsi Sumatera Selatan.

Sementara itu Inspektur BNPT Amrizal mengatakan paham radikalisme dikhawatirkan tidak dihiraukan oleh pengguna media sosial yang rata-rata adalah anak muda generasi milenial.

Untuk itu menurutnya bersamaan tujuan dari FKPT Sumsel ia mengajak mahasiswa dan masyarakat menerapkan 3T untuk mencegah masuknya paham radikalisme.

"Mari mahasiswa dan masyarakat sekalian agar menjadi pengguna medsos yang cerdas dengan menerapkan 3T yakni Tidak menerima begitu saja informasi, Tidak segera menyebarluaskan berita sebelum bertanya tentang kebenaran informasi, dan tidak sungguh menyerap dan mempercayai informasi yang patut dicurigai," jelasnya.