Menristekdikti nilai teknologi bisa tingkatkan produksi garam

id garam,Mohammad Nasir,Menristekdikti,petani garam,berita sumsel,berita palembang

Menristekdikti nilai teknologi bisa tingkatkan produksi garam

Petani garam. (ANTARA)

Pamekasan (ANTARA News Sumsel) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Mohammad Nasir menyatakan, pemanfaatan teknologi pada usaha dan budidaya garam bisa meningkatkan produksi, tiga kali lipat dibanding pola produksi secara tradisional.

"Jika dengan pola produksi garam tradisional para petambak garam hanya mampu menghasilkan garam 130 ton per hektare, maka dengan teknologi bisa mencapai 390 ton per hektare," ujar Menristekdikti seusai meresmikan Pusat Unggulan Iptek (PUI) Garam di Desa Pedelegan, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Senin.

Dengan demikian, kata dia, teknologi sangat bermanfaat bagi petambak garam. Hanya saja yang menjadi persoalan selama ini adalah pada modal.

Karena itu, pihaknya akan mengupayakan agar pemerintah bisa memberikan bantuan biaya kepada petani, agar mereka bisa memanfaatkan teknologi tersebut. Sehingga dengan cara itu, maka produksi garam para petambak garam akan meningkat.

Mohammad Nasir menjelaskan, total kebutuhan nasional setiap tahunnya sekitar 4,4 juta ton, sedangkan hasil produksi garam selama ini hanya 1,6 ton.

"Hasil produksi 1,6 ton ini apabila cuaca bagus. Rata-rata hanya kisaran 1,2 ton," ujarnya.

Dengan demikian, untuk menutupi kekurangan konsumsi garam, pemerintah terpaksa harus melakukan impor garam. "Tapi jika impor garam dilakukan, maka yang rugi adalah masyarakat petani garam. Negara juga menjadi rugi," katanya.

Ia menjelaskan, teknologi yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi garam adalah pada proses air tua garam agar lebih cepat.

Menurut Nasir, biasanya, untuk kristalisasi air tua membutuhkan waktu selama 10 hari. Namun dengan teknologi hanya antara 3 hingga 4 hari saja.

"Di sinilah pemerintah perlu mengalokasikan anggarkan untuk membantu teknologi para petambak garam kita," katanya.

Menurut Menristekdikti, di Indonesia pusat produksi garam berada di Pulau Jawa, Pulau Madura, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.

"Dan Pusat Unggulan Iptek yang ada di Pamekasan merupakan pusat pengembangan produksi garam, yang bekerja sama dengan Perguruan Tinggi di Madura ini, dengan harapan nantinya akan bisa bekerja sama dengan baik untuk pengembangan produksi garam," katanya.