CISC Sumsel dorong penderita kanker berobat ke medis

id Kanker,Informasi kanker,Medis,Pengobatan alternatif

CISC Sumsel dorong penderita kanker berobat ke medis

Ilustrasi-Seorang perempuan melintas di depan layar saat sosialisasi Kanker Serviks (kanker leher rahim) dan pemeriksaan Pap smear dengan Aksi Solidaritas Era (OASE) (ANTARA FOTO/Rahmad)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Pusat Informasi dan Dukungan Kanker atau Cancer Information & Support Center (CISC) Sumatera Selatan bertekad mendorong masyarakat dan penderita kanker untuk berobat ke medis. 

"Pola fikir masyarakat memang susah ditebak, ketika mereka sudah berobat ke medis malah kembali lagi ke pengobatan alternatif, inilah tugas berat kami yang harus mendorong mereka berobat ke medis, dokter ataupun rumah sakit," Kata Ketua CISC Sumsel Leni Mardiana di Palembang, Sabtu. 

Menurutnya jika masyarakat berobat ke medis maka angka kematian akibat kanker dapat ditekan seminimal mungkin karena pelayanan yang tepat,  apalagi saat ini kanker masih berada di posisi ketiga penyebab kematian tertinggi di Sumsel dengan asumsi satu penderita kanker meninggal setiap hari. 

Dia menjelaskan jumlah survivor atau penyintas yang sudah tergabung di CISC Sumsel berjumlah 300 orang lebih, angka ini masih jauh dari jumlah penderita kanker yang ada di sumsel. 

"Untuk kanker payudara, prostat, dan serviks saja ada 4000 orang, belum yang lain-lain,  semuanya harus bisa kami rangkul," lanjut Leni. 

Ia menambahkan CISC Sumsel baru saja berdiri pada 28 Maret 2018 lalu, namun pihaknya langsung bergerak cepat dengan mensosialisasikan peduli kanker dan menyasar masyarakat di tingkat kecamatan di seluruh daerah. 

Sementara Ketua CISC pusat Aryanthi Baramulli mengatakan sosialisasi terus digencarkan para penyintas untuk mengikis angka kematian akibat kanker, terutama pentingnya berobat ke medis. 

"Pada dasarnya pengobatan yang pokok itu medis, alternatif dan herbal hanyalah penunjang, di sisi lain masyarakat banyak yang berobat kalau stadiumnya sudah tinggi dan butuh penanganan ketat, jadi tidak sedikit yang akhirnya meninggal, " tegas Aryanthi kepada antarasumsel.com.