Bersiap menembus kerusakan lintas Sumatera demi mudik Lebaran

id lintas sumatera,berita sumsel,bertia palembang,berit antara,jalur mudik,transportasi darat,bus damri,berita antara,lampung,sumsel,jalur sumsel

Bersiap menembus kerusakan lintas Sumatera demi mudik Lebaran

Arsip- Jalan lintas Sumatera di Lampung (ANTARA/Hisar Sitanggang)

Kondisi jalan yang relatif baik ini berlanjut hingga memasuki Kota Lubuk Linggau di Sumatera Selatan
Bogor (ANTARA News Sumsel) - Mudik atau pulang ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri sudah menjadi tradisi bangsa yang diwariskan secara turun temurun , termasuk oleh warga yang berasal dari Pulau Sumatera yang merantau ke Jawa dan pulau-pulau lain di Nusantara.

Pada arus mudik Lebaran 2018, Kementerian Perhubungan RI memperkirakan sekitar 1.6 juta orang yang akan menyeberang ke Pelabuhan Bakauheni, Provinsi Lampung, di Pulau Sumatera dari Pelabuhan Penyeberangan Merak di Provinsi Banten.

Jumlah warga yang akan menyeberang ke Pulau Sumatera selama arus mudik Lebaran 2018 ini meningkat dibandingkan jumlah pemudik tahun lalu yang tercatat sebanyak 1.454.840 orang.

Selain itu, pada arus mudik tahun ini, Kementerian Perhubungan juga memperkirakan jumlah kendaraan roda dua dan empat yang menyeberang dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni juga meningkat sebanyak 10 persen, yakni dari 290.237 unit menjadi 319.261 unit.

Di tengah suka cita dan kegembiraan yang akan dirasakan saat bertemu orang tua dan handai taulan di kampung halaman, perjalanan para pemudik menuju kota dan desa tujuan sepanjang ratusan hingga ribuan kilometer di jalan lintas timur dan tengah Sumatera tidaklah sepenuhnya mudah.

Kondisi jalan bervariasi ada yang mulus tetapi ada pula yang rusak parah akan menghadang para pemudik yang melintas di ruas jalan lintas timur maupun lintas tengah Sumatera.

Tak seperti banyak jalan desa di Pulau Jawa yang mulus, kondisi jalan nasional di lintas timur dan tengah Sumatera yang menjadi tanggungjawab pemerintah pusat melalui kementerian terkait itu justru mengalami kerusakan sedang hingga parah dengan titik seberan sepanjang puluhan hingga ratusan kilometer.

Antara memantau kondisi jalan sepanjang ratusan kilometer di lintas timur Sumatera yang akan digunakan para pemudik, pada jalur yang menghubungkan Pelabuhan Bakauheni dengan simpang tiga Menggala hingga Palembang menuju Medan, ibu kota Provinsi Sumatera Utara, pada 2-7 Mei 2018.

Kondisi jalan yang rusak sedang hingga parah juga dijumpai Antara di banyak titik lintas tengah Sumatera, jalur favorit bagi banyak pemudik yang setiap tahunn melakukan perjalanan sebaliknya dari Medan menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung, pada 11-15 Mei.

Banyaknya kerusakan di beberapa titik jalintim dan jalinteng Sumatera itu membuat kendaraan tidak selalu dapat dipacu hingga ke tingkat kecepatan maksimal aman terlebih lagi saat arus lalu lintas dan jumlah kendaraan yang melintas meningkat tajam seperti pada arus mudik dan arus balik Lebaran.

Bagi para pemudik bermobil pribadi yang memilih lintas timur Sumatera menuju Palembang via pertigaan SPBU pertama dari Pelabuhan Bakauheni, misalnya, tantangan terberat akan ditemui pada ruas Bakauheni-Palembang jika upaya perbaikan terhadap jalan nasional ini tidak selesai dikerjakan hingga sepekan sebelum Lebaran.

Di ruas jalintim Sumatera sepanjang 458 kilometer yang menghubungkan Bakauheni-Pasirruan-Ketapang-Umbulan Sumurkucing-Umbulan Labuhan Ratu-Labuhan Maringgau-Way Jepara-Sukadana-Purbolinggo-Seputihbanyak hingga simpang tiga Menggala-Palembang itu, titik-titik kerusakan sedang hingga berat tersebar di ratusan kilometer.

Titik kerusakan jalan tersebut bahkan sudah mulai ditemui setelah berkendara sekitar 4,5 kilometer dari SPBU pertama setelah keluar area Pelabuhan Bakauheni sebagai titik awal menuju simpang Menggala.

Tantangan berupa kerusakan jalan berlanjut dan dirasakan semakin parah sekitar 35 kilometer menjelang tiba di simpang Menggala. Di jembatan ganda Way Seputih yang dibangun pada November 1994, misalnya, kerusakan parah di badan hingga bahu jalan tersebut memaksa mobil-mobil pribadi dan truk-truk berjalan pelan.

Kerusakan jalan yang tersebar hampir merata di banyak titik, terutama di ruas jalan yang di sisi kiri dan kanannya terbentang perkebunan tebu yang luas itu tak hanya dikeluhkan para sopir tetapi juga aparat kepolisian yang bertugas.

"Sudah sekitar dua bulan jalan ini rusak berat. Kita (polisi) sudah beberapa kali berinisiatif menambal jalan yang menganga itu. Ada batu, batu kita masukin karena kasihan dengan kendaraan-kendaraan berat yang melintas".

"Minimal kami menghindari kecelakaan terjadi di depan pos kita ini," kata seorang polisi yang bertugas di Pos Lantas Multi Agro, Kampung Terbanggi Ilir, Kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten Lampung Tengah, sekitar 30 km dari Simpang Menggala, kepada Antara yang menemuinya pada 2 Mei lalu.

Setibanya di simpang Menggala, jalan menuju Kota Palembang tak lantas dirasakan lebih ringan. Kondisinya bak pesan dalam pepatah Melayu: "Lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya" karena banyaknya titik kerusakan sepanjang ratusan kilometer yang membuat laju kendaraan terbatas serta mengancam keselamatan jiwa dan mobil.

Seperti yang disaksikan Antara yang melintasi jalur itu pada Rabu sore hingga malam (2/5), setidaknya ada empat truk yang menjadi korban kerusakan berat jalan di ruas tersebut.

Satu dari empat truk tronton naas itu terhenti perjalanannya setelah ban belakangnya tersangkut di ujung jembatan akibat besi penyambung jalan jembatan sudah rusak dan berubah menjadi lubang yang cukup dalam.

Ada pun tiga truk tronton lainnya mengalami pecah ban dan patah as roda setelah berulang kali bermanuver saat melintasi Jalintim Lampung-Palembang yang mengalami rusak sedang dan parah di berbagai titik sepanjang ratusan kilometer tersebut.

Di antara truk yang mengalami pecah ban pada Rabu malam itu adalah truk bernomor polisi BE 9872 CM. Truk bermuatan "snack Chiki" dari Lampung menuju Palembang itu berhenti di bahu jalan dekat Masjid Arrohmah Blok B Desa Surya AD yang tak terlalu jauh dari lokasi truk yang ban belakangnya tersangkut di ujung jembatan tadi.

"Truk saya pecah ban. Habis jalan berlubang-lubang. Saya dari Lampung mau ke Palembang," kata Heri, sopir truk BE 9872 CM, yang terpaksa berpeluh untuk mengganti ban truknya yang pecah tersebut.

Kondisi jalintim yang rusak sedang hingga parah dengan lubang-lubang besar dan dalam membentang di badan hingga bahu jalan di banyak titik sepanjang ratusan kilometer itu tak hanya dikeluhkan para sopir truk dan mobil pribadi tetapi juga warga setempat.

Mamat, warga Desa Simpang Pematang, Kecamatan Simpang Pematang, Kabupaten Mesuji, meminta pemerintah pusat melalui kementerian terkait agar segera memperbaiki jalintim yang sudah rusak parah lebih dari setengah tahun ini.

"Jalan ini sudah sekitar tujuh bulan ini rusak parah. Sebelumnya pun jalan ini sudah rusak tapi mobil masih bisa lancar. Sekarang ini, dari Mesuji ke Palembang dengan bus bisa enam jam akibat kondisi jalan yang rusak parah ini," katanya.

Mamat mengatakan kondisi Jalintim yang rusak parah di kawasan desanya ini bisa segera diperbaiki sebelum musim mudik Idul Fitri tahun ini tiba supaya para pemudik dari kota-kota di Sumatera yang hendak ke Jawa maupun sebaliknya tak mengalami kesulitan.

Lubang-lubang besar dan dalam itu, katanya, tak mudah terlihat dan diketahui oleh mereka yang jarang atau bahkan baru pertama kali melintasi ruas Jalintim di desanya, terutama saat hujan lebat dan air hujan menutupi badan jalan yang berlubang tersebut.

Di sepanjang perjalanan dari Pelabuhan Bakauheni ke Palembang itu, tak semua ruas jalan mengalami kerusakan sehingga saat melintasi ruas jalan yang mulus atau relatif baik dengan kerusakan yang tak berarti, para pemudik dapat memacu kendaraan mereka dengan tingkat kecepatan maksimal aman.

Selepas Kota Palembang, kondisi jalintim Sumatera yang menghubungkan Palembang-Jambi, Jambi-Pekanbaru, dan Pekanbaru-Medan relatif baik dan layak kendati di sejumlah titik masih dijumpai kerusakan sedang hingga parah serta ancaman longsor yang menggerus bahu jalan, terutama di ruas Palembang-Jambi, dan Jambi-Pekanbaru.

Di tengah kondisi jalintim Sumatera ruas Pekanbaru-Medan yang relatif baik itu, diperlukan kewaspadaan para pengendara karena arus lalu lintas relatif padat dengan truk-truk tronton, bus antarkota-antarprovinsi, mobil pribadi, dan pesepeda motor berkeranjang besar berisi buah sawit dan barang dagangan.

Setali tiga uang di Jalinteng Bagi para pemudik yang memilih lintas tengah Sumatera yang menghubungkan kota dan desa di Provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat dan Sumatera Utara itu, nasib mereka setali tiga uang dengan rekan-rekan mereka yang memilih mudik via jalintim Sumatera.

Mengapa? Kondisi jalinteng Sumatera itu tak semuanya mulus. Titik lemah berupa kerusakan jalan mulai dari yang ringan hingga berat juga masih kerap dijumpai mulai dari permukaan badan dan bahu jalan yang berlubang, amblas, bergelombang dan retak-retak hingga ancaman longsor yang mengancam badan dan bahu jalan.

Kondisi demikian ditemui di banyak titik sepanjang ratusan kilometer jalan lintas tengah Sumatera, terutama ruas-ruas jalan yang berada di wilayah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung.

Kerusakan badan dan bahu jalan yang amblas dengan lubang-lubang besar yang menganga serta beberapa longsor yang di antaranya sampai memakan hampir separuh badan jalan tersebut dijumpai di titik-titik tertentu sepanjang ruas Tarutung-Sipirok.

Di antara titik kerusakan berat akibat amblasnya badan jalan itu dijumpai di wilayah Desa Luat Lombang, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan. Menurut Adianto Ritonga, warga Desa Luat Lombang, kerusakan jalan nasional yang membuatnya berubah menjadi bak jalan desa itu sudah berlangsung setengah tahun.

"Selain di sini, kerusakan parah juga ada di Dusun Bulu Payung, Desa Luat Lombang, sekitar sepuluh kilometer menjelang Aek Latong. Kalau malam hari, kondisi jalan minim penerangan karena tidak ada lampu penerangan jalan," kata petani berusia 41 tahun ini.

Selepas memasuki Kota Sipirok, kondisi jalan menuju Padang Sidempuan, Penyabungan, Kota Nopan hingga perbatasan wilayah Sumatera Barat dirasakan lebih baik namun permukaan badan jalan yang aspalnya terkelupas dan pengerukan badan jalan berlubang yang belum sempat ditambal menghambat pengendara untuk memacu laju kendaraan.

Namun, memasuki jalinteng Sumatera di wilayah Provinsi Sumatera Barat sejak tugu perbatasan dengan Sumut, laju kendaraan dapat dipacu dengan kecepatan antara 80 hingga 100 kilometer per jam di atas jalan yang mulus hingga Kota Bukittinggi.

Tak ditemukan kerusakan jalan yang berarti di sepanjang ruas jalinteng Sumatera yang menghubungkan kota-kota dan desa-desa di Sumbar, seperti Lubuk Sikaping, Bonjol, Bukittinggi, Padang Panjang, Solok, dan Sawahlunto ini.

Bagi pemudik yang melintasi jalinteng Sumatera yang menghubungkan wilayah Sumbar dengan Muara Bungo, Bangko, Pamenang, dan Sarolangon di Provinsi Jambi, mereka merasakan kondisi jalan yang pada umummya baik. Kondisi jalan yang relatif baik ini berlanjut hingga memasuki Kota Lubuk Linggau di Sumatera Selatan.

Kerusakan jalan sedang hingga parah dengan titik sebaran sepanjang puluhan hingga ratusan kilometer antara lain dirasakan di ruas Tanjung Enim-Baturaja, Baturaja-Martapura (Sumatera Selatan) hingga memasuki wilayah Provinsi Lampung.

Di Provinsi Lampung, titik kerusakan yang parah dan mengancam keselamatan pengendara dan kendaraan itu antara lain longsor yang menggerus bahu dan sebagian badan jalan sekitar tiga kilometer dari Kantor Polres Way Kanan serta Jembatan Way Umpu yang badan jalannya rusak dan berlubang hingga ditempeli pelat baja.

Akibat kondisi jembatan yang tengah badan jalannya berlubang sehingga ditempeli pelat baja itu, kendaraan umum dan pribadi yang melintas berjalan perlahan. Pejalan kaki yang melintas merasakan konstruksi jembatan bernomor 17.009.002 itu bergoyang.

Menurut Aiptu Mukhlisin, petugas piket Polres Way Kanan, sudah dua bulan terakhir ini, kondisi Jembatan Way Umpu rusak parah yang ditandai dengan bolongnya badan jalan tengah jembatan.

Upaya perbaikan "tambal sulam" terhadap jembatan ini sudah dilakukan namun kembali rusak, termasuk inisiatif Polres Way Kanan meminta bantuan pihak terkait untuk menutup badan jalan jembatan yang berlubang dengan pelat baja.

"Kami berharap segera ada perbaikan oleh kementerian terkait demi keselamatan dan ketertiban lalu lintas," katanya.

Terlebih lagi, jumlah kendaraan yang melintasi jalinteng Sumatera dipastikan meningkat saat arus mudik dan balik Lebaran 2018 tiba. Selain meminta kementerian terkait segera memperbaiki jembatan tersebut, Mukhlisin juga menyarankan sopir-sopir truk termuatan berat agar sementara waktu memilih rute Palembang.

Jika upaya perbaikan "tambal sulam" di berbagai titik sepanjang ratusan kilometer di jalintim dan jalinteng Sumatera ini tak dapat dirampungkan menjelang sepekan sebelum Lebaran, kerusakan jalan ini bak harga yang harus dibayar oleh para pemudik agar dapat bersilaturrahim di kampung halaman di hari yang fitri.