Rakor Karhutla: Sumsel bersiap hadapi musim kemarau

id rakor karhutla,kebakaran hutan dan lahan,bnpb,bpbd sumsel,danlanal,pangkalan tni au,musim kemarau,titik panas,hotspot

Rakor Karhutla: Sumsel bersiap hadapi musim kemarau

Rakor Krhutla di Kantor BPBD Provinsi Sumatera Selatan, di Palembang, Jumat (25/5). (Foto Ist)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Sri Mulyono Herlambang bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)  Sumatera Selatan serta unsur terkait Rapat Koordinasi kerawanan kebakaran hutan dan lahan memasuki musim kemarau tahun ini.

"Khususnya pada Juni-Oktober tahun ini adalah merupakan puncak musim kemarau hingga diprakirakan jumlah titik panas atau hotspot akan meningkat," kata Kepala Pelaksana BNPB Provinsi Sumsel Iriansyah pada Rakor di Kantor BPBD Provinsi Sumatera Selatan, di Palembang, Jumat.

Oleh karena itu Iriansyah mengharapkan seluruh daerah dapat membentuk satgas siaga darurat bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutlah) yang dianggap rawan.

Pengarah BNPB RI Rahmawati Husein, Ph.D yang juga turut serta dalam Rakor tersebut mengemukakan  penanggulangan menjadi sangat penting dilakukan mengingat pada Agustus nanti Palembang akan menjadi salah satu tuan rumah penyelenggara Asian Games 2018.

"Saat pesta olahraga internasional mendatang ini akan membawa nama baik bangsa dan daerah sehingga kabut asap dampak karhutlah harus bisa dicegah, guna suksesnya Asian Games 2018 di Palembang," harapnya.

Sementara Komandan Lanud Sri Mulyono Herlambang (SMH) Kolonel Pnb Easter Hariyanto sekaligus sebagai Dansub Satgas Udara  dalam kesempatan yang sama menekankan pentingnya alat pendukung sarana komunikasi di lapangan  guna melakukan tindakan preventif yang tepat dan cepat terutama untuk satgas udara tentunya.

"Subsatgas udara pada prinsipnya tidak menginginkan api yg sdh menjadi besar, namun kita berusaha memadamkan api itu sejak masih kecil secara tuntas dengan tindakan cepat melalui bom air atau water bombing,"  kata Danlanud Hariyanto.