Dinas Pendidikan Sumsel dorong pengembangan sekolah inklusif

id dinas pendidikan,pendidikan,sekolah inklusif,anak penyandang cacat,penyandang cacat,pelajar,siswa

Dinas Pendidikan Sumsel dorong pengembangan sekolah inklusif

Kadis Pendidikan Sumsel Widodo. (ANTARA News Sumsel/I016/Ang18)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Dinas Pendidikan Sumatera Selatan mendorong Dinas Pendidikan di kabupaten dan kota dalam provinsi setempat mengembangkan sekolah inklusif.

Dinas Pendidikan kabupaten dan kota perlu didorong mengembangkan sekolah inklusif untuk memberikan kesempatan secara luas bagi anak-anak penyandang cacat berbaur bersama anak-anak normal mendapatkan pendidikan, kata Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Selatan Widodo, di Palembang, Selasa.

Dia menjelaskan, untuk mengembangkan sekolah inklusif, sekarang ini sudah ada beberapa sekolah reguler tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terbuka untuk semua anak dalam kondisi apapun menjadi siswanya,

"Pendidikan inklusif paradigma baru yang mulai disosialisasikan sejak 2008, untuk memberikan kesempatan kepada 16 poin kaum disabel yang salah satunya tuna rungu," ujarnya.

Menurut dia, kaum disabel perlu dihargai setara dengan orang normal dan diberikan kesempatan mendapatkan pendidikan di sekolah umum seperti anak-anak pada umumnya.

Berdasarkan kondisi tersebut, secara bertahap pihaknya mendorong sekolah yang tersebar di 17 kabupaten dan kota dalam provinsi ini melakukan persiapan untuk memfasilitasi kaum disabel agar bisa dididik di sekolah reguler dengan konsep sebagai sekolah inklusif, katanya.

Untuk menyiapkan sekolah reguler menjadi sekolah inklusif, selain melakukan penambahan dan pembenahan fasilitas yang disesuaikan dengan kondisi kaum disabel, perlu juga mempersiapkan guru dengan membekali mereka dengan kemampuan mengajar siswa yang membutuhkan perhatian khusus.

Guru yang mengajar di sekolah yang disiapkan menjadi sekolah inklusif, diberi kesempatan mengikuti pelatihan khusus seperti untuk mentransfer ilmu kepada siswa yang mengalami kecacatan indra pendengaran atau tuna rungu, guru dilatih menggunakan bahasa isyarat, ujar Widodo.