BBKSDA Riau kehilangan jejak harimau Bonita

id harimau,harimau bonita,bbksda riau,jejak harimau,kehilangan jejak harimau,harimau sumatera,korban diterkam harimau,bonita

BBKSDA Riau kehilangan jejak harimau Bonita

Kamera BKSDA Riua menangkap pergerakan harimau sumatera (Ist)

Pekanbaru (ANTARA News Sumsel) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau kehilangan jejak harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) bernama Bonita setelah selama sepekan terakhir tidak menemukan predator tersebut di areal perkebunan sawit.

Ketua tim pencari dan penyelamat Bonita Mulyo Hutomo kepada Antara di Pekanbaru, Senin mengatakan tim terakhir kali melihat harimau betina berusia empat tahun tersebut pada 19 Maret 2018.

"Perkiraan kita saat ini (Bonita) masih sembunyi di 'greenbelt' jalur hijau," katanya.

Ia menjelaskan, kawasan hutan yang dimaksud merupakan jalur hijau atau "green belt" yang berbatasan langsung dengan perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP), Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir.

Selama dua bulan terakhir Bonita terus berkeliaran di perkebunan sawit milik perusahaan Malaysia tersebut. Selama itu pula si raja rimba yang diketahui berjenis kelamin betina dan berusia sekitar empat tahun tersebut menewaskan dua manusia.

Hutomo menjelaskan pasca penembakan bius yang dilakukan tim pada 16 Maret 2018 lalu, Bonita mulai sadar akan kebeberadaan petugas. Untuk itu, raja rimba itu mulai menyingkir dan meninggalkan kawasan perkebunan dan mulai masuk ke jalur hijau yang diperkirakan memiliki luas sekitar 22 kilometer persegi.

Sementara itu, guna memancing keluar harimau tersebut, Hutomo mengatakan tim pencari dan penyelamat Bonita yang terdiri dari TNI, Polri, BBKSDA Riau, serta unsur masyarakat berupaya mengendurkan pencarian.

"Kita mengendurkan tekanan. Ini strategi untuk memberikan fase 'recovery' prilaku Bonita agar dapat lebih mudah mendekat ke kita, dan diupayakan tembak (bius) lagi," jelasnya.

Selain itu, Hutomo juga menjelaskan pihaknya telah menyiapkan umpan-umpan di posisi strategis untuk memancing keluar satwa dilindungi tersebut.

Bonita menjadi perbincangan hangat dalam beberapa waktu terakhir setelah menewaskan dua korban. Jumiati, menjadi korban pertama yang meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.

Terakhir, Yusri Efendi (34) meregang nyawa di desa yang sama, namun berjarak sekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati.