Usia ibu hamil pengaruhi "Down Syndrome"

id ibu ha,ibu hamil,berita sumsel,berita palembang,Dr Eva Chundrayetti SpA,Dokter Spesialis Anak,dokter kandungan,down syndrome,pemeriksaan kehamilan,Per

Usia ibu hamil pengaruhi "Down Syndrome"

ibu hamil. (pixabay)

Padang (ANTARA News Sumsel) - Dokter Spesialis Anak dari RSUP M Djamil Padang, Sumatera Barat, Dr Eva Chundrayetti SpA (K) mengatakan usia ibu ketika hamil merupakan salah satu faktor risiko "Down Syndrome".

"Penyebab 'down syndrome' secara pasti belum diketahui, namun berdasarkan penelitian usia ibu ketika hamil berkaitan erat dengan terjadinya 'down syndrome'," kata dia di Padang, Rabu.

Ia menjelaskan seorang ibu yang hamil dan melahirkan terlalu muda maupun terlalu tua dapat berisiko melahirkan anak dengan "down syndrome", umur yang terlalu muda untuk hamil dan melahirkan itu berkisar di bawah 20 tahun dan terlalu tua di atas 35 tahun.

"Sehingga dengan hamil dan melahirkan pada usia tersebut berisiko meningkatkan seorang ibu melahirkan anak dengan down syndrome," katanya.

"Down syndrome", jelasnya, merupakan kelainan genetik, di mana pada orang normal setiap inti sel memiliki 23 pasang kromosom, yang berasal dari kedua orang tua.

Dalam keadaan normal, masing-masing kromosom dari nomor 1 sampai 23 berjumlah sepasang. Akan tetapi pada down syndrome, jumlah kromosom pada nomor 21 berjumlah 3 kromosom.

Hal itulah yang menyebabkan terjadinya kelainan baik secara fisik, mental maupun psikologis dari seseorang dengan down syndrome. Terkadang juga disertai dengan kelainan lainnya seperti kelainan jantung, kanker darah seperti leukimia dan sebagainya.

"Wajah anak dengan down syndrome memiliki ciri yang khas dan terdapat tanda-tanda di tangan, serta ketika lahir terkadang tubuhnya berwarna kuning," ujar dia.

Anak dengan down syndrome, cenderung terlambat perkembangannya, misalnya pada anak-anak biasanya pada umur enam bulan sudah bisa duduk, namun pada down syndrome baru bisa duduk ketika umur 10 bulan, begitupun dengan kemampuan berbicara.

"Karena sebagian besar sekitar 80 hingga 90 persen 'down syndrome' mempengaruhi kecerdasan dan disertai retardasi mental," sebutnya.

Terkait insiden "down syndrome", katanya, satu dari 800 hingga 1.000 kelahiran hidup, artinya dari 800 hingga 1.000 kelahiran hidup tersebut terdapat satu anak dengan down syndrome.

Saat ini, seiring kemajuan teknologi dengan pemeriksaan kehamilan telah bisa terdeteksi anak dengan down syndrome, oleh karena itu dengan adanya diagnosis secara dini dapat diberikan stimulasi yang sesuai.

"Beberapa anak down syndrome juga memiliki prestasi, jika diberikan stimulasi yang sesuai, misalnya pada bidang olahraga dengan dilatih secara berulangkali," katanya.

Sementara Ketua Persatuan orang tua anak dengan down syndrome (Potads), Kota Padang, menyarankan para orang tua yang memiliki anak "down syndrome" agar memberikan perhatian lebih.

Anak down syndrome, dapat dioptimalkan kemampuannya dengan mengajak mereka beraktivitas seperti anak normal lainnya.

"Namun dilakukan secara terus-menerus dan dengan penuh kesabaran, karena anak down syndrome membutuhkan proses yang lama untuk bisa menunjukkan kemampuan seperti anak-anak biasanya," ujar dia.

Hal itu tidak terlepas dari peranan orang tua yang sangat dibutuhkan, orang tua yang memiliki anak dengan down syndrome, ujarnya jangan sampai mengabaikan mereka dan jangan malu.
(T.KR-MKO/J. Susilo)