Kompos organik olahan Parmalim jadi pilihan petani

id pupuk kompos,berita sumsel,berita palembang,berita antara,tani Parmalim,menyuburkan tananman,berita pertanian,pupuk organik,petani,sawah,pertanian

Kompos organik olahan Parmalim jadi pilihan petani

Dokumentasi- Petani menanam bibit padi di lahan sawah lebak. (ANTARA News Sumsel/Feny Selly/Ag/17)

Tobasa, Sumut (ANTARA News Sumsel) - Kompos organik yang dihasilkan kelompok tani Parmalim di Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara menjadi pilihan alternatif bagi petani setempat, karena pengolahannya dianggap mudah dan murah.

"Sebanyak 30 ton pupuk organik padat (kompos) berhasil kami olah secara manual menggantikan fungsi pupuk kimia untuk dimanfaatkan anggota kelompok tani Parmalim", kata Pimpinan Parmalim Ihutan Monang Naipospos di Siraituruk, Porsea, Toba Samosir, Minggu.

Pupuk, kata dia, sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi pertanian. Penggunaan pupuk kimia (pupuk buatan) secara terus menerus, dinilai dapat merusak struktur dan tekstur tanah serta mengakibatkan produksi pertanian menurun sehingga berpotensi merugikan petani.

Kelompok tani Parmalim, ingin kembali menerapkan pola pertanian para pendahulu sebagai bentuk kearifan lokal, karena penggunaan pupuk organik dianggap cukup berguna dalam memperbaiki tekstur tanah serta ramah lingkungan.

Memang, pupuk organik banyak beredar di pasaran sebagai pengganti pupuk kimia sintetik (pupuk buatan), tetapi harganya relatif tinggi.

Sejak dulu, pupuk organik telah digunakan para petani. Namun, karena penggunaan pupuk kimia jauh lebih praktis, petani cenderung memilihnya dalam budidaya tanaman mereka.

"Pembuatan 30 ton Kompos organik ini kami bangun dengan kebersamaan dan semangat gotong royong tanpa mengharapkan dukungan dana dari APBD pemerintah daerah", ujat Monang.

Motivator tani organik, Erwin Landy yang berperan dalam pembuatan kompos itu menyebutkan, anggota kelompok tani Parmalim dengan semangat tinggi mengumpulkan berbagai bahan dari limbah organik untuk mereka olah menjadi kompos.

Bahan-bahan yang terkumpul di antaranya, pupuk kandang, eceng gondok, Sipaet-paet, Ganefo/Gambang-gambang, kulit kopi, kulit durian, jerami, kulit coklat, Arang sekam padi, dedak, serbuk kayu, daun bambu, batang pisang serta daun lamtoro.

Hampir sebulan sebelum hari pencampuran untuk diolah menjadi kompos, masing-masing rumah tangga Parmalim sudah mengumpulkan sampah organik sebanyak lima karung per rumah tangga.

"Hasilnya, mereka memperoleh 30 ton kompos berkualitas baik," kata Erwin.

Awal November 2017, 10 warga Parmalim dikirim untuk mengikuti Pelatihan Pertanian Organik masyarakat DAS Danau Toba, di Samosir dan kemudian menjadi kelompok inti.

Kemudian, Erwin memandu mereka melalui pertemuan-pertemuan dan terus memotivasi serta melakukan monitoring lewat jejaring sosial WA grup Tani Organik Parmalim.

"Kita ingin membangkitkan semangat kebersamaan gotong-royong dan belajar manajemen pertanian serta perbaikan analisis ekonomi dan penyadaran peduli lingkungan"' katanya.

Sebelumnya, pada acara pembukaan pembuatan kompos di Kantor DPD Punguan Parmalim Kabupaten Tobasa, Sabtu (17/3), anggota  DPRD Toba Samosir Syamsudin Manurung menyampaikan apresiasi dan dukungan terhadap kegiatan yang dilakukan kelompok tani Parmalim.

Menurutnya, dampak penggunaan pupuk kimia dalam budi daya tanaman yang dilakukan petani, sudah semakin memprihatinkan, terlihat dari penurunan kualitas dan produksi pertanian serta makin berkurangnya tingkat kesuburan lahan pertanian di daerah tersebut.

"Semangat kewirausahaan serta jaringan usaha perlu dibuka. Karena penggunaan kompos sebagai pengganti pupuk kimia sangat menguntungkan bagi petani, jika ditinjau dari analisa ekonomi", ujar Syamsudin.