Para ilmuwan jamin jatuhnya Tiangong-1 tidak merusakan bumi

id tiangong-1,stasiun luar angkasa china,tiangong-1 milik china jatuh,satelit china,para ilmuan,bumi,satelit china jatuh ke bumi,pakar luar angkasa,satel

Para ilmuwan jamin jatuhnya Tiangong-1 tidak merusakan bumi

Arsip - Roket Long March II-F yang berisi modul luar angkasa tanpa awak China Tiangong-1 meluncur dari landasan Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan, Provinsi Gansu, Kamis (29/9/2011) (ANTARA/REUTERS/Petar Kuju)

Beijing (ANTARA News Sumsel) - Para ilmuwan menjamin jatuhnya stasiun luar angkasa milik China Tiangong-1 tidak mengakibatkan kerusakan pada bumi dan tidak mengancam kelangsungan hidup penghuninya.

Saat ini stasiun luar angkasa pertama tanpa awak milik China itu dalam kondisi stabil di orbitnya dan jatuhnya nanti tidak akan mengakibatkan kerusakan pada bumi, demikian pernyataan lembaga luar angkasa dan para ilmuwan setempat, yang dikutip sejumlah media resmi setempat, Selasa.

Pemimpin Teknis Lembaga Ilmu Pengetahuan Luar Angkasa dan Teknologi China (CASTC) Zhu Congpeng memperkirakan stasiun luar angkasa itu akan menyentuh atmosfer pada semester pertama tahun ini setelah sudah tidak lagi mengirimkan data kembali ke bumi pada Maret 2016 yang berarti secara resmi telah berhenti menjalankan misinya.

China terus memantau kondisi Tiangong-1 yang diluncurkan pada 29 September 2011 itu. Stasiun luar angkasa itu akan terbakar habis saat memasuki lapisan udara yang menyelubungi bumi atau atmosfer.

Serpihan benda antariksa nirawak tersebut akan jatuh ke area yang sudah ditentukan, yakni lautan, tanpa memberikan ancaman sedikit pun terhadap bumi, demikian penuturan Zhu kepada People's Daily.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari teknisi Lembaga Nirawak Luar Angkasa setempat menyebutkan bahwa pada 4-11 Maret 2018, Tiangong-1 dalam kondisi stabil di orbitnya dengan ketinggian rata-rata 244,5 kilometer.

Rentang orbit stasiun luar angkasa itu berada pada kisaran 43 derajat lintang utara hingga 43 derajat lintang selatan, tulis The Guardian, harian berbasis di London.

Hal itu berarti orbitnya membentang luas di atas kawasan Amerika Utara, Amerika Selatan, China, Timur Tengah, Afrika,  Australia, sebagian Eropa, Samudra Pasifik, dan Samudra Atlantik.

Pakar luar angkasa, Pang Zhihao, mengemukakan bahwa sesuai tradisi yang berlaku secara internasional biasanya bekas pesawat luar angkasa yang berada di orbit dekat bumi dibiarkan jatuh hingga dasar lautan di Samudra Pasifik yang jauh dari wilayah daratan.

Dasar lautan yang disebut sebagai kuburan pesawat luar angkasa itu juga sebelumnya menjadi "tempat peristirahatan terakhir" bagi stasiun luar angkasa MIR dan program luar angkasa Rusia serta Observatorium Compton Gamma Ray milik Amerika Serikat, demikian Pang sebagaimana dikutip Global Times.

Seperti diberitakan Antara sebelumnya, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa jatuhnya Tiangong-1 tidak dapat diicegah.

Namun Kepala Lapan Thomas Djamaluddin  meminta media dan pengamat agar tidak berandai-andai yang justru berpotensi meresahkan masyarakat, apalagi jatuhnya pesawat atau stasiun luar angksa telah beberapa kali terjadi sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

Kalaupun nanti di wilayah Indonesia, dia memperkirakan lokasi jatuhnya Tiangong-1 di kawasan tidak berpenghuni karena wilayah permukiman Indonesia jauh lebih kecil daripada luas lautan, hutan, dan gurun.
(T.M038/a011)