Penilaian pakar gizi, daging penyu berpotensi terkontaminasi logam berat

id penyu,daging penyu,mengkonsumsi daging penyu,berita sumsel,berita palembang,pakar gizi, daging penyu terkontaminasi logam besi,zat berbahaya

Penilaian pakar gizi, daging penyu berpotensi terkontaminasi logam berat

Dokumentasi- Warga melepasliarkan seekor penyu hijau (Chelonia mydas) . (ANTARA/Awaludin)

Padang (ANTARA News Sumsel) - Pakar gizi dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, Dr Masrul mengatakan daging penyu berpotensi terkontaminasi seperti logam berat sehingga bisa mengakibatkan keracunan bagi yang mengonsumsinya.

"Di laut, penyu hidup berpindah-pindah dan berumur panjang sampai ratusan tahun sehingga berpotensi kontak dengan perairan yang tercemar dalam jangka waktu yang lama sehingga makanan yang dikonsumsi penyu juga tercemar," jelasnya di Padang, Senin.

Ia menyampaikan hal itu menanggapi belasan warga Desa Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya, Kabupaten Kepulauan Mentawai keracunan usai mengonsumsi daging penyu beberapa waktu lalu, dan tiga diantaranya meninggal dunia.

Ia menyebutkan memang tidak semua penyu bisa menimbulkan masalah kesehatan, namun ada beberapa yang kemungkinan dikonsumsi dan terdapat zat-zat yang berakibat fatal bagi manusia.

"Demi kesehatan, lebih baik masyarakat tidak mengonsumsi penyu," ujarnya.

Selain dilarang mengonsumsi penyu karena satwa dilindungi, ia berpandangan satwa tersebut juga tidak direkomendasikan secara kesehatan karena zat-zat yang bisa saja terkandung dalam dagingnya.

Namun untuk mengetahui lebih rinci, sebutnya harus dilakukan penelitian terlebih dahulu baik dari universitas maupun lembaga penelitian berkompeten lainnya.

"Ke depan ini menjadi bahan juga bagi kami, karena kejadian di Mentawai juga terjadi pada 2012," tambahnya.

Sebelumnya belasan warga Desa Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya, Kabupaten Kepulauan Mentawai keracunan setelah mengkonsumsi daging penyu pada 19 Februari 2018. Tiga warga meninggal dalam keracunan itu, dua orang merupakan balita.

Salah seorang tim dari BPBD Mentawai, Galor Anas menjelaskan saat itu suku Samalei yang berada di Taileleu sedang menyelenggarakan sebuah pesta.

Keesokan harinya sebagian warga di kampung itu, sekitat 95 orang yang turut konsumsi, kata Galor, mulai mengalami pusing, sakit tenggorokan, lemas, sakit perut.
(T.KR-MKO/H. Agusta)