Piala Presiden memacu pertumbuhan Industri Olahraga

id Piala presiden,olahraga indonesia,sepak bola indonesia,final piala presiden,sriwijaya fc,persija,bali united,gelora bungkarno,stadioan indonesia,berit

Piala Presiden memacu pertumbuhan Industri Olahraga

Ketua Steering Committee Piala Presiden Maruarat Sirait berbincang-bincang dengan pedagang kaki lima (pkl) di sekitar Stadin Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, Minggu (11/2). (Ist)

....Industri olahraga itu sebenarnya menyatukan banyak hal....
Palembang (ANTARA News Sumsel) - Suasana riuh di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, Minggu (11/2) tak terelakan lagi sejak pagi. Ribuan orang berlalu lalang dengan beragam keperluan, namun yang paling utama karena mereka ingin mendapatkan tiket pertandingan semifinal leg 2 Piala Presiden yang mempertemukan Sriwijaya FC dengan Bali United.

Bagi Agung (43), pedagang kaos sepak bola, kejadian ini demikian luar biasa. Ia yang sudah menjadi penjual jersey Sriwijaya FC sejak 2005 mengatakan momen seperti ini belum tentu terjadi setiap tahun.

Seingatnya, ramainya warga yang mendatangi stadion itu terjadi di tahun 2008 saat Sriwijaya FC tampil moncer meraih gelar double winner, dan musim kompetisi 2012 saat tim menjuarai kompetisi kasta tertinggi sepak bola Tanah Air.

"Euporia kembali lagi karena tim masuk semifinal jadi banyak yang ingin nonton. Saya sebagai pedagang tentu senang, karena dagangan akan banyak laku," kata Agung yang dijumpai di sela-sela kesibukannya bersama istri tercinta meladeni pembeli.

Aktivitas berdagangnya hari itu pun dilakukan Agung dan istrinya dengan penuh suka cita. Maklum saja, sisa stok jersey musim lalu sebanyak 30 lusin menjadi laris manis tak bersisa. Padahal, Agung sempat putus asa, dan mau menerapkan "banting harga" karena pada awal Maret diketahui jersey baru tim sudah dilepas manajemen klub ke pasar.

Lebih mengembirakan lagi bagi Agung, ia mampu meraup omset bersih Rp18 juta pada pertandingan semifinal itu sehingga jika dihitung secara kasar akan mendapatkan keuntungan sekitar Rp3,6 juta.


Ketua Steering Committee Piala Presiden Maruarat Sirait menyambangi stand sponsor di sekitar Stadin Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, Minggu (11/2). (ANTARA News Sumsel/Dolly Rosana/18)

"Yang terpenting itu, baju musim lalu tidak ada sisa. Jadi uang kami bisa mutar lagi untuk modal," kata Agung.

Senada, Daniel, pedagang kaos lainnya juga tidak menyia-yiakan kesempatan ini. Seingatnya, momen stadion yang ramai penonton ini sudah lama tidak terjadi lantaran terjadi penurunan performa Sriwijaya FC sejak tahun 2013.

Lantaran itu, untuk memanfaatkan momen Piala Presiden ini, Daniel sengaja membuka dua lapak sekaligus. Sama seperti Agung, target utamanya yakni menjual barang stok lama.

"Untungnya, tim menggunakan jersey musim lalu karena belum meluncurkan jersey yang baru. Jadi saya bisa untung besar," kata Daniel.

Pada hari itu, Daniel menjual 40 lusin jersey dengan harga Rp50.000/steel sehingga omset mencapai sekitar Rp24 juta. Ia pun mengantongi keuntungan bersih untuk penjualan konstum tim sekitar Rp4,8 juta.
Bukan hanya keuntungan dari menjual jersey, warga Lorong Banten, kawasan Plaju ini juga mendapatkan tambahan pemasukan dari penjualan topi dan shal.

"Saya harap turnamen seperti ini diadakan terus tiap tahun. Asalkan tim bermain bagus dan juara,  sudah pasti kami juga kebagian untung dari jualan baju," ujar Daniel.

Ribuan orang menyaksikan pertandingan leg 1 semifinal antara Sriwijaya FC dan Bali United pada Minggu (11/2) malam telah memberikan berkah tersendiri bagi ratusan pedagang kaki lima dan UKM yang berjualan di area Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring.

Rudi (42), pedagang asongan di kawasan tersebut mengatakan bahwa hadirnya Piala Presiden ini membuat dagangannya laris manis. "Yang jelas omset meningkat 200 persen dari hari biasanya," kata dia.

Ia mengatakan dirinya sampai menambah stok air mineral hingga berkali-kali karena ada ribuan orang datang ke stadion.

"Jelas saya senang sekali apalagi hanya dikenakan bayar kebersihan saat berjualan. Semoga tiap tahun acara piala Presiden 2018 ini berlangsung di kota Palembang ini," kata bapak yang telah memiliki enam anak ini.

Hadirnya Piala Presiden ini tak lepas keinginan Presiden Jokowi untuk membumikan olahraga sepak bola yakni bukan hanya memberikan keuntungan sebagian pihak tapi juga rakyat kecil.

Ketua Steering Commitee Piala Presiden 2018 Maruarar Sirait yang sebelum laga semifinal menyambangi beberapa para pedagang mengatakan Presiden Jokowi selalu mewanti-wanti bahwa panitia penyelenggara harus juga memikirkan nilai tambah bagi rakyat kecil.

"Ini bagus sudah konsepnya untuk memajukan sepak bola Indonesia, tapi perlu menjadi perhatian yakni rakyat kecil dapat apa. Selain pertandingannya menjadi hiburan rakyat, rakyatnya sendiri juga harus bisa mengambil keuntungan dari sisi ekonomi. Misal banyak PKL dan UMKM yang dapat berjualan," kata Maruarar.

Berlandas pesan dari Presiden Jokowi tersebut, panitia penyelenggara bukan hanya mengutamakan tim yang bertanding sebagai aktor utamanya tapi juga masyarakat sebagai penikmatnya.

Oleh karena itu, penyelenggara selalu mengedepankan transfaransi, fairplay, prestasi, ekonomi kerakyatan, dan industri olahraga.

"Selama penyelenggaraan, tidak ada sama sekali isu pengaturan skor, tidak ada penggunaan uang negara sepeser pun jadi semua pakai dana sponsor, dan satu hal yang tak kalah penting dalam penyelenggaraan ketiga ini diketahui jumlah penonton dan jumlah hadiah untuk pemenang juga semakin meningkat dan jumlah pemasukan dari share biaya tayang televisi juga meningkat," kata Maruarar.

Bahkan, satu hal yang cukup unik terjadi, menurut Maruarar justru ofisial resmi televisi yang ingin menayangkan pada waktu prime time. Sehingga semua klub sepakat jika pertandingan semifinal digelar di empat hari yang berbeda pada pukul 19.30 WIB.

"Jarang ini terjadi, biasanya penyelenggara yang minta di waktu prime time," kata Maruarar.

Sedangkan itu, Direktur Marketing Sriwijaya FC Nirmala Dewi mangatakan, sebanyak 22.000 ribu tiket yang jual penyelenggara diketahui ludes terjual sehingga klub meraih pemasukan cukup besar karena meraup omset Rp924 juta.

"Bukan hanya pedagang kecil yang mendapatkan keuntungan, produk-produk makanan juga bisa buka stand di kawasan stadion untuk upaya promosi. Harus diakui, promosi dengan memanfaatkan adanya pertandingan sepak bola itu terbilang paling efektif," kata dia.
    
             Industri Olahraga
Pemilik klub sepak bola Inter Milan Erick Thohir mengatakan hanya sepak bola yang sementara ini bisa jadi industri di Indonesia karena cabang olahraga lain belum mampu melibatkan kalangan swasta dan masyarakat.
   
Ia mengatakan hal itu terlepas dari beragam persoalan yang sedang terjadi di kompetisi sepak bola Tanah Air.

"Indonesia harus melihat fakta cabang olahraga mana saja yang bisa jadi industri. Sepak bola sudah lebih baik karena sudah melibatkan swasta dan masyarakat, tapi memang tidak bisa langsung bicara harus sesuai dengan hasil di bidang prestasi," kata Erick dalam seminar "Ayo Bangkit Olahraga Indonesia" di Jakarta beberapa waktu lalu.
 
Ia mengemukakan, jika berbicara prestasi maka sepatutnya bulu tangkis yang menjadi industri lebih dahulu di Indonesia. Namun kenyataannya tidak demikian, dan hal ini juga terjadi di negara-negara lain seperti Jerman dengan Liga Sepak Bola Bundesliga.
   
Ia menerangkan, dalam suatu industri olahraga mengharuskan peran swasta dan masyarakat yang dominan dibandingkan pemerintah.
   
Oleh karena itu, jika ingin tumbuh maka tidak ada cara lain selain mengikuti perilaku konsumen seperti yang dilakukan Liga Inggris yang sengaja menggelar pertandingan menyesuaikan waktu dengan penonton terbanyak di Asia.
   
Kondisi ini masih jauh jika dibandingkan di Indonesia dan ini yang menjadi kendala utama bagi kalangan pebisnis.
   
Para pelaku belum mampu bersinergi sehingga klub masih dihadapkan pada permasalahan dana.
   
"Padahal jika mau bekerja sama dengan stasiun televisi maka Liga Indonesia sudah sejak lama menjadi tuan rumah di negara sendiri, bukan Liga Premier Inggris," kata dia.
   
"Di seluruh negara selalu liga lokal yang menjadi raja, sementara di Indonesia tidak demikian karena tayangan 'live' tidak digelar di malam hari. Karena apa? karena pertandingannya digelar di sore hari," kata dia.
   
Ia melanjutkan, jika para pelaku telah memiliki wawasan mengenai industri olahraga maka semua kepentingan akan diselaraskan dengan keinginan masyarakat atau penggemar sepak bola.
   
"Ada konflik kepentingan, klub takut siaran langsung nanti tiket tidak laku, sementara dari stasiun tv juga sengaja tidak menyiarkan di 'premium time' agar nominal yang dibayar tidak tinggi, memang ada upaya ingin murah," ujar dia.
   
Padahal menurutnya, pemasukan utama klub-klub di Eropa adalah dari pembayaran hak siar pertandingan, kemudian disusul sponsor dan penjualan tiket.

"Industri olahraga itu sebenarnya menyatukan banyak hal, tinggal lagi bagaimana Indonesia menjahitnya. Saya rasa, ini potensi luar biasa negara kita di masa datang asal mau mensinergikan antara atlet, manajemen klub, sponsor, suporter, media, dan regulasi," kata dia.
   
Industri olahraga di Indonesia harus dibangun, jika tidak sekarang kapan lagi. Mengapa juara basket tingkat dunia itu tidak pernah lepas dari Amerika Serikat ?. Jawabannya karena pemain terbaik dunia berkompetisi di sana. Semoga saja dengan bergulirnya Piala Presiden dala tiga kali penyelenggaraan dapat mendorong pertumbuhan industri olahraga di Tanah Air.