Warga dilarang kembali ke Kota hantu Libya

id libya,kota hantu,perang libya,berita palembang,Tawergha,Tripoli

Warga dilarang kembali ke Kota hantu Libya

Peta Libya . (ANTARA/Ardika)

Benghazi, Libya (Antara/Reuters) - Warga dari sebuah kota di Libya yang dikosongkan dan sebagian besar hancur setelah revolusi negara itu pada 2011 mengatakan mereka dicegah memulai rencana panjang untuk pulang pada Kamis.

Diperkirakan 40.000 orang dari Tawergha, 38 km (24 mil) selatan kota pelabuhan Misrata, telah mengungsi di kamp-kamp di seluruh penjuru Libya selama lebih dari enam tahun.

Mereka diusir oleh kelompok bersenjata Misrata sebagai pembalasan setelah kota mereka digunakan oleh pasukan yang setia kepada mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi saat dia menyerang Misrata dalam sebuah pemberontakan yang didukung oleh NATO.

Negosiasi yang panjang menghasilkan sebuah rencana yang didukung oleh pemerintah yang diakui secara internasional di Tripoli untuk proses kembali dimulai awal Februari, meski kota yang ditinggalkan sebagian besar hancur dan tidak memiliki infrastruktur yang berfungsi.

Sekitar 150 warga pengungsi meninggalkan Benghazi, hampir 700 km timur Tawergha, dalam sebuah konvoi pada Rabu. Mereka mengatakan mereka siap untuk berkemah di Tawergha jika perlu, tapi kembali ke titik pemberhentian semalam mereka di Harawa setelah mencoba bergerak ke barat menuju Sirte, yang dikendalikan oleh kekuatan Misrata.

"Sekarang kami telah kembali ke Harawa karena situasi keamanan di daerah dimana kami saat itu tidak baik," kata Mohamed al-Tawerghi, seorang juru bicara masyarakat, kepada Reuters.

Jalan antara Misrata dan Tawergha juga dilaporkan diblokir oleh kelompok Misrata.

Sementara itu Dana Anak PBB (UNICEF) di dalam satu laporan yang dikeluarkan pada Senin (29/1) dan dikutip Xinhua mengkonfirmasi bahwa 378.000 anak di Libya memerlukan bantuan kemanusiaan mendesak dan perlindungan pada 2018.

"Setelah tujuh tahun konflik, situasi kemanusiaan di Libya terus memburuk dan 378.000 anak memerlukan bantuan penyelamat nyawa serta perlindungan sepanjang 2018," kata laporan dari Misi Pendukung PBB di Libya.

Wakil Khusus UNICEF untuk Libya Abdel-Rahman Ghandour mengatakan 2018 adalah tahun penting buat Libya, terutama buat anak-anak.

Laporan itu mengatakan bahwa kekerasan dan konflik bersenjata memiliki dampak yang menghancurkan pada anak-anak di Libya.

"Di antara 170.000 orang yang kehilangan tempat tinggal, sebanyak 54 persen adalah anak kecil. Anak-anak yang menghadapi resiko pelecehan, kekerasan, pelanggaran hak asasi, rentan terhadap perekrutan oleh kelompok bersenjata dan kekurangan layanan paling dasar di seluruh Libya sangat memerlukan perlindungan dan perawatan," kata laporan tersebut.

UNICEF mengatakan organisasi itu bertujuan menyediakan buat anak-anak di Libya dukungan medis dan psikologis, pendidikan, perlindungan, dan layanan air serta kebersihan.

"Pada 2018, UNICEF bermaksud melanjutkan pekerjaan ini untuk mendukung Rencana Tanggap Kemanusiaan di negeri tersebut serta untuk memulihkan kehadiran penuh stafnya dan mitra di Libya," kata laporan itu.

Libya telah dirongrong kekacauan politik dan ketidak-amanan sejak penggulingan rejim Muammar Gaddafi pada 2011.
Penerjemah: G.N.C. Aryani/M. Anthoni