Penguatan daya saing dengan kemudahan perizinan, kata Menpar

id Arief Yahya,berita palembang,Menteri Pariwisata,izin usaha,investor,proses perizinan investor,pariwisata indonesia

Penguatan daya saing dengan kemudahan perizinan, kata Menpar

Menteri Pariwisata Arief Yahya (ANTARA FOTO)

Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengingatkan pentingnya penguatan daya saing Indonesia di berbagai bidang, termasuk sektor pariwisata, yang bisa dilakukan dengan mendorong kemudahan perizinan.

"Tantangan bangsa ini adalah kecepatan karena 'flow of people' itu sangat lambat sekali di Indonesia dan ujungnya itu hampir semuanya terkait dengan perizinan," kata Arief dalam seminar penguatan daya saing di Jakarta, Selasa.

Arief mengakui bahwa Pemerintah masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah dalam proses perizinan karena masih dirasakan rumit oleh sejumlah investor, padahal kemudahan berusaha ini sangat dibutuhkan untuk memperkuat daya saing.

Untuk mengatasi persoalan investasi ini dalam jangka waktu dekat, kata Arief, pembentukan kawasan ekonomi khusus (KEK) bisa menjadi solusi untuk mengundang minat pengusaha dalam menanamkan modal di Indonesia.

"Kalau mau deregulasi total ini sulit. Kita ada 550 kota. Kalau mau gampang, buatlah KEK untuk investasi sebanyak-banyaknya karena di KEK bisa buat aturan khusus," kata Arief.

Selain itu, proses kemudahan berusaha atau deregulasi kebijakan ini bisa fokus dilakukan pada sektor tertentu, seperti pariwisata, yang berpotensi menyumbang devisa maupun menggerakan roda perekonomian dalam waktu dekat.

Arief mencontohkan keberhasilan Jepang yang bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan hingga dua kali lipat dari 2011 ke 2013 setelah melakukan sejumlah relaksasi peraturan.

"Jepang bisa menambah kunjungan dari sembilan juta (wisatawan) menjadi 20 juta dalam waktu 2 tahun. Vietnam juga telah melakukan deregulasi besar-besaran," ujarnya.

Saat ini, peringkat daya saing global Indonesia berada pada peringkat 36 atau naik lima peringkat dari posisi sebelumnya di peringkat 41. Namun, posisi daya saing Indonesia masih di bawah negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina.

Untuk mencapai peringkat yang lebih tinggi, perbaikan kinerja bidang kelompok "factor driven" perlu dipacu selain bidang kelompok "efficiency driven", seperti peningkatan efisiensi pada pasar tenaga kerja dan pasar barang.

Upaya tersebut merupakan keniscayaan seiring adanya rencana perubahan pengukuran GCI yang memasukkan faktor teknologi digital. Saat ini, prospek daya saing Indonesia relatif cerah karena pada bidang inovasi dan kecanggihan usaha, Indonesia tercatat berkinerja baik.

Seminar ini diadakan dalam rangka mendorong partisipasi dunia usaha mengikuti Executive Opinion Survey yang diadakan oleh World Economic Forum (WEF). Survei tersebut saat ini masih berlangsung, mulai Januari hingga Maret 2018.

Hasil survei tersebut akan diolah untuk menjadi masukan bagi penyusunan beberapa peringkat antar negara, yaitu Global Competitiveness Index (GCI), Travel and Tourism Competitiveness Index. dan Gender Global Gap Index.
(T.S034/D. Kliwantoro)