Tol palindra hadir mendorong keunggulan logistik Sumsel

id jalan tol,tol palindra,bebas hambatan,ekonomi daerah, pembangunan,harga komoditas,berita palembang,berita sumsel

Tol palindra hadir mendorong keunggulan logistik Sumsel

Dokumentasi- Pembangunan Tol Palindra . (Antaranews Sumsel/Nova Wahyudi/dol/17)

Palembang (Antaranews Sumsel) - Tol Palembang-Inderalaya (Palindra) sejauh 21,9 kilometer yang menghubungkan Kota Palembang dengan ibu kota Kabupaten Ogan Komering ilir, Inderalaya tidak lama lagi akan terwujud.

Ruas jalan Palembang-Inderalaya yang selama ini disebut-sebut pengguna sebagai ruas jalan paling menjengkelkan di Sumsel, kini akan lepas dari problema kemacetan.

Setelah merampungkan Seksi 1 (Palembang-Pemulutan) sejauh 7,75 km, kini pengerjaan Seksi 2 (Pemulutan-KTM Rambutan) dan Seksi 3 (KTM Rambutan-Inderalaya) terus dikebut yang diperkirakan akan selesai pada bulan Maret 2018 atau paling lambat Juni 2018.

Data terakhir menunjukkan untuk Seksi 2 sudah 50 persen dan Seksi 3 mencapai 90 persen.

Pada bulan Januari mendatang, kata Kepala Divisi Pengembangan Jalan Tol PT Hutama Karya Rizal Sucipto, direncanakan mulai diberlakukanya tarif untuk Seksi 1, yakni ruas Palembang-Pemulutan. Ruas jalan ini seperti diketahui sudah digunakan masyarakat sejak diresmikan Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 12 Oktober 2017.

"Beberapa hari lalu sudah ada pembicaraan dengan perbankan mengenai uang elektronik yang akan digunakan sebagai alat pembayaran masuk tol," katanya.

Sejak dioperasikannya Seksi 1, diketahui volume kendaraan per hari mencapai 10.000 hingga 12.000 unit. Meski belum ideal, yakni setidaknya 25.000 unit, Rizal memperkirakan bakal ada peningkatan, terutama menjelang dan setelah Asian Games digelar di Palembang pada tahun 2018.

"Kehadiran tol ini tidak lain untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah yang diperkirakan melesat setelah Asian Games," kata Rizal.

Provinsi Sumatera Selatan sejak lama menantikan hadirnya infrastruktur tol, layaknya provinsi-provinsi di Jawa, untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang bertumpu pada sektor perkebunan.

Lahirnya proyek strategis nasional Tol Transsumatera dari Aceh hingga Lampung memunculkan gairah baru di Sumsel yang sejak lama berkutat pada persoalan akut, yakni kelancaran transportasi antarkabupaten dan provinsi.

Maklum saja, daerah yang merupakan pengekspor karet, sawit, dan batu bara sementara ini pintu gerbang keluar provinsinya berada di Pelabuhan Boom Baru yang lokasinya berada di tengah Kota Palembang.

Jika proyek Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api plus pelabuhan internasional terwujud, Tol Palindra ini akan terkoneksi langsung sehingga memudahkan urusan logistik.
Sejumlah pekerja melakukan pengerjaan pembangunan jalan Tol Sumatra ruas Palembang-Indralaya (Palindra). (Antaranews Sumsel/dol/Nova Wahyudi/17).

Presiden RI Jokowi dalam peresmian ruas tol tersebut menyatakan sangat mengapresiasi rampungnya pengerjaan Seksi 1 Tol Palindra ini karena tingkat kesulitan yang relatif tinggi mengingat lokasi merupakan kawasan rawa.

Presiden mengungkapkan dirinya sampai datang empat kali ke lokasi untuk melihat langsung bagaimana pengerjaan kontruksinya karena dia mengaku tahu medannya berat.

Ia mengatakan bahwa Tol Palindra yang masuk dalam Tol Transsumatera dari Lampung hingga Aceh ini menggunakan teknologi vakum untuk mengeringkan rawa.

Bukan hanya dari teknologi, pembiayaan juga jauh lebih mahal daripada tol lain, yakni lebih 1,5 kali lipat karena ada pengurukan tanah sedalam 7 meter. Negara mengeluarkan dana sekitar Rp3,4 triliun untuk membangun tol sejauh 7 km ini.

"Dilakukan penyedotan air, saya lihat sendiri. Itulah saya datang sampai empat kali untuk memotivasi yang bekerja," katanya.

Presiden mengatakan bahwa hadirnya tol ini tidak lain untuk menurunkan biaya logistik sekaligus untuk meningkatkan daya saing Indonesia.

Biaya logistik nasional saat ini masih terlalu tinggi daripada negara tetangga. Akibatnya, harga produk di pasaran Indonesia lebih mahal.

"Di Indonesia biaya logistik mencapai 30 persen, sedangkan Malaysia 17 persen, dan Singapura 15 persen. Artinya, biaya masih tinggi. Akibatnya, harga barang pun juga tinggi," kata Jokowi.

                                   Dampak Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan terbantu oleh adanya pembangunan infrastruktur terkait dengan peran Kota Palembang sebagai tuan rumah Asian Games XVIII 2018.

Kepala Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Rudy Hairudin mengatakan bahwa gencarnya pembangunan light rail transit, tol, jembatan, dan fasilitas pendukung lainnya membuat Sumsel masih bisa bertahan di tengah anjloknya harga komoditas karet.

Daerah ini, katanya, masih bisa tumbuh positif jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang juga menggantungkan ekonominya pada komoditas.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan dapat tumbuh di atas rata-rata nasional sepanjang 2017 karena dipengaruhi kinerja positif ekspor dan investasi.

Adanya pemulihan ekonomi global telah berdampak pada kinerja ekspor karet dan batu bara, sementara untuk investasi diketahui seiring dengan peran menjadi tuan rumah Asian Games 2018 sehingga membuat arus modal masuk ke Sumsel.

"Sepanjang 2017 Sumsel cukup bagus karena saat ini masih konsolidasi perekonomian nasional dan pemulihan ekonomi global. Kinerja baik ini tidak lain karena tren positif ekspor impor dan investasi, seperti diketahui porsinya mencapai 30 persen dan 7,0 persen dari produk domestik bruto (PDB)," kata Rudy.

Tetap tumbuhnya dua sektor ini, menurut Rudy, setidaknya menutupi masih lemahnya daya beli masyarakat sepanjang tahun ini yang sebenarnya tren sudah berlangsung sejak 2012. Konsumsi rumah tangga ini memiliki persentase 63 persen dari PDB.

Berdasarkan data terakhir diketahui kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi dalam 2 tahun terakhir tertahan pada level 2,7 persen, lebih rendah daripada rata-rata 2011 s.d. 2014 yang mencapai 2,9 persen.

Bahkan, di Provinsi Sumatera Selatan, sumbangan konsumsi RT yang awalnya masih menunjukkan perbaikan, mulai menurun dari yang awalnya sebesar 2,09 persen pada Triwulan IV 2016 menjadi sebesar 1,25 persen pada Triwulan III 2017.

"Ke depan, dengan dorongan kebijakan diharapkan daya beli masyarakat ini dapat meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi daerah makin baik lagi. Misalnya, mencanangkan program bantuan langsung," katanya.
Penjual sayuran menunggu pembeli di salah satu pasar tradisional (ANTARA/Lucky.R)

Berdasarkan data BPS diketahui pada triwulan I, II, dan III 2017 pertumbuhan ekonomi Sumsel mencapai 5,14 persen, 5,26 persen, dan 5,56 persen (yoy). Secara umum, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan untuk keseluruhan pada tahun 2017 masih sesuai dengan perkiraan, yakni dalam kisaran 5,1 s.d. 5,5 persen.

Terkait dengan inflasi, Sumsel juga menunjukkan kinerja yang baik secara kumulatif sejak awal tahun hingga November 2017.

Inflasi IHK Sumatera Selatan tercatat masih terjaga di level yang cukup rendah, yakni sebesar 2,32 persen (ytd), atau masih di bawah tingkat inflasi nasional sebesar 2,87 persen (ytd) sehingga diperkirakan dapat mendukung pencapaian sasaran inflasi pada tahun 2017 sebesar 4?1 persen, dengan kecenderungan mendekati batas bawah.

Pada tahun 2018, menurut Rudy, terdapat berbagai isu dan potensi menjadi faktor yang dapat meningkatkan atau menghambat tumbuhnya perekonomian daerah. Pembangunan infrastruktur, pelaksanaan Asian Games, penyelenggaraan pilkada serentak, dan peningkatan tren harga komoditas unggulan Sumatera Selatan akan menjadi "upside potential" bagi perekonomian daerah.

Meskipun demikian, pilkada yang berlangsung pada tahun 2018 juga memiliki "downside risk", di antaranya risiko ketidakstabilan keamanan dan ketertiban menjelang dan setelah pilkada di samping investor yang cenderung bersikap "wait and see".

Kesimpulannya mengenai outlook 2018, secara keseluruhan, ekonomi Sumatera Selatan pada tahun 2018 diperkirakan tetap mengalami pertumbuhan dengan kisaran 5,3 s.d. 5,6 persen dengan kecenderungan mendekati batas bawah.

Inflasi IHK Sumatera Selatan diperkirakan cukup terkendali dalam rentang 3,5 persen ? 1 persen pada tahun 2018 apabila kebijakan pangan tetap kuat dan tidak terdapat isu kenaikan "administered prices".

Faktor hadirnya Asian Games ini dinyakini sangat berperan dalam menggeliatkan perekonomian Sumsel, sama seperti saat daerah itu menjadi tuan rumah SEA Games 2011.

Jika merujuk kenyataan adanya penurunan harga komoditas ekspor, yakni karet, kelapa sawit, dan batu bara sejak 2012 hingga kini, seharusnya ekonomi Sumsel berada dalam keterpurukan.

Namun, kondisinya jauh berbeda. Malahan Sumsel dapat tumbuh melewati angka rata-rata nasional karena terdapat sejumlah faktor pendorong, yakni pembangunan infrastruktur tol, jembatan, LRT, fly over, dan lainnya yang akan dijadikan infrastruktur pendukung Asian Games XVIII 2018.