Gas Bumi yang Membumi di Bumi Serasan Sekate

id pgn, gas negara, Perusahaan Gas Negara

Gas Bumi yang Membumi di Bumi Serasan Sekate

Petugas Perusahaan Gas Negara (PGN) memeriksa keandalan instalasi rumah tangga di kediaman Andy Pasla, warga Dusun IV Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, Sumsel, Rabu (29/11).(ANTARA Sumsel/Feny Selly/Ang/17)

....Saya senang karena katanya harganya lebih murah dan tidak bakal 'mutus'. Beda dengan gas melon ini, jika kosong di warung terpaksa cari ke Sekayu kota....
Palembang (ANTARA Sumsel) - Kampung Dusun 4 Lumpatan II Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan tampak lengang, Rabu (29/11) sore. Tak banyak orang berlalu lalang. Rumah-rumah panggung berhalaman luas tampak berbaris membelakangi Sungai Musi. 

Di ujung salah satu lorong, dekat tepi sungai, terlihat sebuah rumah panggung berbahan kayu racuk. Di sinilah pasangan Andy Pasla (30) dan Anita Royani (25) tinggal bersama putra semata wayang mereka yang berusia lima tahun.

Rumah pasangan ini tampak lowong karena minim perabotan bahkan tanpa kursi tamu. Hanya ada satu meja makan tanpa kursi terletak di salah satu sudut ruang. Jika pandangan diperluas ke sudut bagian belakang rumah, akan terlihat dapur dengan alat-alat masak seadanya.

Sore itu, dua orang petugas dari Perusahaan Gas Negara (PGN) sedang menyambangi tempat tinggal Andy untuk memeriksa keandalan instalasi sambungan rumah tangga yang sudah dipasang beberapa pekan lalu.

“Bu, jangan dikasih air yang biasa kita masak. Tidak biasa orang-orang ini. Kasih saja air  aqua cangkir (air kemasan, red)," kata Andy kepada istrinya yang seketika berajak ke dapur untuk menyiapkan air minum. 

Salah seorang petugas PGN terlihat heran dan dia pun bertanya karena penasaran. "Kenapa dengan air yang dimasak, Pak?"

Andy pun menjelaskan bahwa mereka memasak air minum menggunakan kayu bakar sehingga air minum yang dihasilkan berbau asap. "Jadi tidak enak," ujar dia.

Bagi warga Dusun Lumpatan, memasak air menggunakan kayu bakar, sangatlah lumrah. Bukan karena ada sesuatu hal, tapi karena sejatinya mereka ingin berhemat. Dua tabung gas 3 kg untuk kebutuhan rata-rata per bulan dirasa sudah cukup menguras kantong.

Maklum saja, sebagian besar warga kampung ini bekerja serabutan dan hasilnya sekadar bisa untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Mereka umumnya merambah dua lakon sekaligus, sebagai nelayan dan pekebun.

Hanya sedikit orang yang cukup beruntung karena memiliki aset seperti kebun karet. Itu pun untuk saat ini tak bisa lagi diandalkan karena mereka yang biasanya ‘beduit’ sekarang tiarap karena anjloknya harga karet sejak tiga tahun lalu.

Andy sendiri, yang tergolong tidak beruntung karena tak memiliki kebun karet, harus turun ke Sungai Musi untuk menangkap ikan, menggunakan perahu mesin yang biasa ‘diparkir’ persis di sisi rumahnya.

Saat air sedang pasang dari Oktober-Desember, ikan biasanya sedikit. Bila bisa memperoleh ikan untuk lauk makan, Andy sudah sangat bersyukur.

"Kami (warga) nangkap ikannya gantian, seperti ada pangkalan ojek begitu. Jika dapat lebih, Alhamdulillah bisa dijual, tapi jika tidak ya buat makan saja sudah untung," kata Andy yang bercerita sembari menganyam jaring.

Selain menangkap ikan, ia juga mengurus kebun sayur memakai lahan milik kerabat yang  terbengkalai. Hasilnya jelas tidak seberapa. "Untuk daun ubi saja, hanya Rp500 per ikat. Satu hari paling dapat 10 ikat, baru Rp5.000," ujar Andy.

Kesulitan ekonomi ternyata bukan hanya dialami Andy, tapi hampir seluruh penduduk kampung. Tak ayal, bagi yang tidak tahan lebih memilih bekerja ke kota meski sekadar menjadi buruh bangunan, seperti yang dilakukan suami Lia Pustasari (23), tetangga Andy.


Petugas PGN sedang memeriksa instalasi gas saluran rumah tangga di kediaman Lia Pustasari. (ANTARA Sumsel/Feny Selly)

Saat dijumpai di kediamannya, Lia menuturkan, suaminya hanya pulang sekali dalam sebulan. "Bagaimana lagi, hidup di dusun ini tidak ada perolehan. Harga-harga semakin mahal, sementara harus beli ini dan itu, ya namanya hidup," kata kupik Lia. Kupik merupakan panggilan khas terhadap perempuan warga Sekayu.

Besarnya beban hidup itulah yang membuat Lia sangat bersukacita ketika tempat tinggalnya disambangi program Infrastruktur Jaringan Gas Kota Sambungan Rumah Tangga.

Setidaknya, dia bisa menyisihkan uang belanja untuk kebutuhan lain. Maklum saja, buah hatinya akan masuk Taman Kanak-Kanak pada tahun ajaran mendatang. "Saya senang karena katanya harganya lebih murah dan tidak bakal 'mutus'. Beda dengan gas melon ini, jika kosong di warung terpaksa cari ke Sekayu kota," kata dia.

Oleh karena itu, wajar saja jika warga di desa ini sangat menyambut baik ketika mendapatkan bantuan pemasangan gas kota secara gratis dari pemerintah. Bahkan mereka tidak merasa khawatir mengenai keamanan memakai gas ini.

Sulastri (26), juga warga Desa Lumpatan, yang rumahnya dijadikan tempat peluncuran program Infrastruktur Jaringan Gas Kota beberapa waktu lalu, mengatakan, sangat percaya akan keamanan dari penggunaan gas bumi ini.

"Saya lihat sendiri saat dipasang, pipa-pipanya bagus. Apinya biru, lembut. Jika ada bau gas bocor, tinggal tutup klep dekat kompor saja. Satu lagi, demi keamanan, jika mau meninggalkan rumah ya ditutup juga klep-nya," kata ibu empat anak ini.

Sulastri sempat merasakan nikmatnya memakai gas bumi selama kurang lebih satu bulan, sebelum PGN pada pekan lalu memutuskan untuk sementara guna perampungan instalasi ke seluruh rumah warga, sebelum dialiri gas secara serentak.

Pastinya, Sulastri nanti tidak perlu lagi dipusingkan mencari gas melon jika suplai sedang putus di pasaran. Asal tahu saja, di saat situasi menggila, harga gas 3 kg bisa naik dari seharusnya Rp21.000 menjadi Rp27.000 per  tabung. Belum lagi, jika saat gas habis pada malam hari, Sulastri terpaksa menunggu pagi hari untuk bisa membeli bahan bakar gas. "Pakai gas bumi ini seperti air PAM. Mengalir terus, seberapapun kami mau," kata dia.

Kejar Target 6.031 SR

Pemerintah melalui Kementerian ESDM sejak 2015 memberikan penugasan ke Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk membangun infrastruktur jaringan gas rumah tangga.

Meski mendapat penugasan dari pemerintah, PGN selaku BUMN Gas ternyata juga membangun sambungan gas rumah tangga sendiri dalam program PGN Sayang Ibu yang berhasil menambah sebanyak 8.158 sambungan SR.

Pembangunan jaringan gas kota ini tak lain untuk mendorong penggunaan gas bumi bagi rumah tangga. Bukan hanya bertujuan mengurangi subsidi elpiji, pemerintah juga berharap masyarakat semakin banyak menggunakan gas bumi yang ketahui lebih aman dan murah.

Pada 2016, pemerintah menugaskan PGN menjalankan program di Surabaya, Tarakan, dan Batam, disusul tahun 2017 dilanjutkan penugasan di Musi Banyuasin, Mojokerto, Lampung, dan Rusun Kemayoran (DKI Jakarta).

Selain itu, sepanjang 2017, perusahaan transmisi dan distribusi gas ini juga ditugasi Kementerian ESDM bersama-sama PT Pertamina (Persero) untuk membangun infrastruktur jaringan gas bumi untuk rumah tangga sebanyak 59.809 sambungan rumah tangga (SR) di 10 kabupaten/kota.

Khusus di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), PGN ditugasi mengerjakan 6.031 sambungan SR sejak April 2017 dengan target selesai pada 23 Desember 2017.

Sebanyak enam lokasi di Kecamatan Sekayu, Muba, menjadi sasaran dalam program peningkatan penggunaan gas dalam negeri ini yakni empat kelurahan (Balai Agung, Soak Baru, Serasan Jaya, dan Kayuara) serta dua desa (Lumpatan I dan Lumpatan II).

PGN dalam menjalankan penugasan pemerintah di Muba ini bekerja sama dengan PT Medco E&P Indonesia (Medco E&P) yang memiliki ladang migas Lapangan Matra Blok South Sumatera, tak jauh dari Kota Sekayu.

Manager of Public Affair & Security Medco Sutami mengatakan dalam mengelola pasokan gas tersebut, perusahaan dan PGN menyepakati Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) yang diketahui oleh SKK Migas.

"Jumlah gas yang akan dipasok dari Medco E&P kepada PGN sebesar 0,25 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), selama 10 tahun," kata Sutami.

Sementara itu, anggota Tim Pembangunan Infrastruktur Jargas Muba Agung Wicaksono yang disambangi di Sekayu mengatakan berdasarkan data per 29 November 2017 diketahui sebanyak 4.483 sambungan SR sudah terinstal ke rumah-rumah warga dari target 6.031 SR hingga akhir Desember.

"Sejauh ini relatif tidak ada kendala, masyarakat sangat antusias dengan adanya jargas ini. Malahan mereka kerap bertanya, kapan akan dialiri. Jika merujuk kontrak dengan PGN maka proyek harus selesai pada 23 Desember, mudah-mudahan semuanya rampung dan gas bisa mengalir serentak," kata dia.

Dodi Reza Alex meninjau jaringan gas kota (Ist)

Sebelumnya, dijumpai di sebuah acara di Palembang, Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex mengatakan setelah pengerjaan 6.031 sambungan rumah tangga ini, Kementerian ESDM juga berjanji akan memberikan tambahan lagi yakni 4.000 SR pada 2018.

Menurutnya, dengan penambahan titik itu maka masyarakat yang menikmati gas bumi bukan sebatas Kota Sekayu dan sekitarnya tapi sampai kecamatan-kecamatan lain di seluruh penjuru Kabupaten Muba. "Dengan begitu gas bumi ini akan menjangkau masyarakat yang lebih luas lagi," kata Dodi.

Terkait program gas kota, Sales Area Head PGN Wilayah Palembang Makmuri membenarkan Pemerintah Kabupaten Muba berkeinginan menambah lagi titik sambungan rumah tangga.

"Pada prinsipnya kami siap jika mendapatkan penugasan negara lagi. Seperti bincang-bincang saya dengan Pak Bupati, memang beliau berharap setidaknya ada 10.000 titik SR hingga tahun depan," kata Makmuri.

Seperti diketahui, Kabupaten Musi Banyuasin pernah menyandang sebagai wilayah termiskin di Provinsi Sumsel yang kala itu terdiri atas 14 kabupaten/kota. Namun sejak 2001 lalu, Pemerintah Kabupaten Muba berbenah diri di bidang infrastruktur dengan memperbaiki jaringan telepon dan listrik, air bersih, dan teranyar tengah memasang jaringan gas kota.

Kabupaten dengan luas 15 persen wilayah Sumsel ini sejak dulu dikaruniai gas bumi yang berlimpah. Sektor pertambangan dan energi memang menjadi penyumbang terbesar terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Muba yaitu 66,86 persen, setelah itu disusul pertanian 12,35 persen.

Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Sumsel mencatat produksi migas di Musi Banyuasin melebihi separuh dari total capaian gas Sumsel 1.500 MMSCFD atau sekitar 865 juta standar kaki kubik per hari.

Melihat betapa besarnya cadangan gas alam yang terkandung di Kabupaten Muba, maka tak heran bila warga setempat memimpikan kehidupan yang lebih baik. Impian warga itu kini mulai terwujud berkat kinerja kru PGN yang membumikan gas bumi di Bumi Serasan Sekate.