Penumpang kapal Merak-Bakauheni keluhkan toilet rusak

id kapal feri, KMP Mitra Nusantara, Mitra Nusantara, pelayangan penumpang, kondisi toilet, PT Angkutan Sungai, Danau

Penumpang kapal Merak-Bakauheni keluhkan toilet rusak

Dokumentasi- Penumpang turun dari kapal. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Bakauheni, Lampung (ANTARA Sumsel) - Penumpang kapal feri KMP Mitra Nusantara dalam pelayaran dari Pelabuhan Penyeberangan Merak (Banten) ke Bakauheni, Lampung mengeluhkan kondisi toilet penumpang yang rusak dan tak dapat digunakan.

"Bagaimana ini, fasilitas toilet KMP Mitra Nusantara rusak dan tak bisa digunakan oleh penumpang, ke mana kami harus mencari toilet," ujar salah satu penumpang kapal itu Wono, di Bakauheni, Lampung, Sabtu.

Dia bersama keluarga dan penumpang kapal lainnya yang berlayar dari Merak ke Bakauheni pada Sabtu dini hari pukul 04.00 WIB mempertanyakan masih buruk layanan penumpang dimaksud.

Kendati berusaha mempertanyakan kepada pihak berwenang di kapal itu, termasuk menghubungi nomor kontak yang tersedia, dia mengaku tak mendapatkan penjelasan dan tindaklanjut yang diperlukan.

Ia berharap pihak berwenang terutama otoritas pelayaran Merak-Bakauheni dapat menangani masalah tersebut dan segera menindaklanjutinya.

"Saya juga mencoba menghubungi nomor telepon pihak berwenang tapi teleponnya diputus tanpa jawaban atau penjelasan yang diperlukan," katanya lagi.

Pelayaran menggunakan kapal feri Merak-Bakauheni di Selat Sunda pulang pergi selama ini dilayani belasan kapal melalui PT Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry. Pelayaran ini menjadi salah satu yang terpadat di Indonesia, terutama pada saat arus mudik dan balik lebaran setiap tahun.

Pihak ASDP setempat dengan dukungan pemerintah berencana terus meningkatkan layanan antara lain menambah dermaga untuk penumpang maupun kendaraan pada kedua pelabuhan di Merak maupun Bakauheni termasuk menyiapkan dermaga eksekutif.

Selain mengeluhkan layanan kapal feri itu, sejumlah pengguna jalan tol ruas Merak hingga Jakarta juga mengeluhkan kartu tol elektronik (e-Toll) yang tidak tersedia atau habis, dan diduga cenderung dijual secara liar oleh oknum atau calo.

Di  luaran kartu e-Toll saldo Rp100 ribu, dijual Rp150.000 diduga oleh para calo dimaksud, sehingga merugikan dan menyulitkan para pengguna kendaraan yang memerlukan.

Mereka mendesak pihak berwenang mengatasi masalah tersebut secepatnya.