Transaksi non tunai lebih praktis

id non tunai, transaksi non tunai, bank, perbankan, kartu

Transaksi non tunai lebih praktis

Dokumentasi - Pengguna kartu prabayar Bank Mandiri e-money menunjukkan cara mengisi ulang (top up) melalui telepon pintar (smartphone) di Jakarta, Senin (23/2). (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)

Purwokerto (ANTARA Sumsel) - Transaksi non tunai lebih praktis bila dibandingkan dengan transaksi tunai, kata dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Jawa Tengah, Kiky Srirejeki.

"Transaksi non tunai, kelebihannya menurut saya, lebih praktis. Pengguna non tunai tidak perlu membawa sejumlah uang, terutama untuk transaksi dalam jumlah besar," katanya di Purwokerto, Selasa.
Selain itu, kata dia, transaksi bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, terutama dengan bantuan teknologi.

"Misalnya dengan aplikasi yang ada di telepon selular. Karena lebih praktis, maka penggunaan transaksi non tunai juga menjadi lebih nyaman, karena transaksi juga dapat dilakukan dengan lebih cepat," katanya.

Keunggulan lainnya, kata dia, transaksi non tunai juga lebih transparan.

"Karena setiap transaksi yang dilakukan, sekecil apapun jumlahnya akan tercatat oleh sistem sehingga pengguna mengetahui riwayat transaksi yang dilakukan," katanya.

Meski demikian, kata dia, transaksi non tunai juga memiliki kekurangan.

"Misalnya, terkait keterbatasan baik secara jumlah maupun tempat lokasi transaksi. Terbatas secara jumlah karena pengguna hanya bisa menggunakan dana yang tersedia di rekening atau kartu debit atau batas maksimal penggunaan jika kartu kredit, selebihnya pengguna tidak bisa menggunakan," katanya.

Selain itu, tambah dia, keterbatasan terkait tempat bertransaksi.

"Karena belum semua tempat bisa menggunakan transaksi non tunai. Misalnya di pasar, bahkan di gerai atau toko tertentu juga kadang masih ada pembatasan, hanya bisa memakai kartu tertentu, selain kartu debit tertentu tidak bisa dan lain sebagainya," katanya.

Selain itu, kata dia, terkait risiko keamanan.

"Karena transaksi non tunai mengandalkan sistem dan kecanggihan IT sehingga harus diwaspadai risiko sistem terkena 'hack'," katanya.

Untuk itu, penyedia jasa transaksi non tunai, kata dia, harus bisa menjamin keamanan bagi pengguna transaksi non tunai.

"Risiko ini tidak hanya terkait pembobolan uang di rekening pengguna, tetapi juga risiko bocornya data pengguna. Karena semua transaksi terekam oleh sistem, maka keamanan data pengguna juga sangat penting," katanya.