Kenapa kita harus terapkan peraturan pola makan untuk anak !

id makan, anak-anak, kesehatan, pola makan, perkembangan tubuh anak, tinggi badan, malnutrisi, dokter anak, Dr Klara Yuliarti Sp.A (K)

Kenapa kita harus terapkan peraturan pola makan untuk anak  !

Makanan. (pixabay.com-public domain pictures)

Jakarta (ANTARA Sumsel) - Dokter spesialis anak menganjurkan orang tua untuk menerapkan peraturan pada pola makan anak guna mencegah malnutrisi tumbuh kembang.

Dr Klara Yuliarti Sp.A (K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RS Cipto Mangunkusumo di Jakarta, Senin, penerapan peraturan pola makan bisa bantu mencegah kegemukan pada anak.

"Peraturannya, makan terjadwal. Snack diganti dengan buah," kata Klara.

Sedangkan untuk anak yang sudah terlanjur obesitas asupan buah perlu diperhatikan untuk menghindari buah tinggi kalori seperti mangga dan pisang.

Untuk asupan gula pada anak, kata Klara, cukup 10 persen dari total kebutuhan kalori per hari. Klara juga mengingatkan orang tua untuk memberikan waktu "floor time" pada bayi yang sudah bisa berjalan.

"Begitu sudah bisa jalan, harus beraktivitas fisik satu jam setiap hari," ujar Klara. Sebaiknya pula anak yang belum berusia dua tahun tidak dikenalkan dengan televisi dan gawai guna mencegah berkurangnya aktivitas fisik.

Sejak dini anak juga harus sudah diajarkan makanan dan minuman yang sangat dianjurkan untuk dihindari seperti makanan cepat saji dan minuman-minuman dalam kemasan.

"Tidur harus delapan jam. Kalau kurang, hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang tidak berfungsi secara optimal," kata dia.

Klara menjelaskan 90 persen kasus obesitas pada anak disebabkan kesalahan pola makan. Sementara 10 persen kasus dikarenakan gangguan metabolisme, atau genetik.

Secara fisik, komplikasi yang biasa terjadi pada anak yang kegemukan antara lain perlemakan hati, sakit jantung, sesak napas, hingga sleep apnea atau henti napas saat tertidur.

Sedangkan dari sisi psikisnya anak dengan kelebihan berat badan bisa tidak percaya diri, merasa tidak diterima atau bahkan ditolak oleh teman-temannya, diejek dan dirisak, hingga mengalami depresi akibat berbagai tekanan.