Wagub: Sumsel segera mewujudkan industri hilir karet

id wagub sumsel, ishak mekki, hilirisasi karet, karet, petani karet, karet, industri hilir

Wagub: Sumsel segera mewujudkan industri hilir karet

Dokumen - Kebun karet tua perlu peremajaan (ANTARA FOTO)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Wakil Gubernur Sumatera Selatan Ishak Mekki mengatakan hilirisasi karet harus terwujud pada tahun mendatang untuk melindungi harga di tingkat petani.

"Sumsel ini memiliki luas lahan karet terluas di Indonesia tapi sayangnya petani masih jauh dari sejahtera. Apalagi seperti saat ini, harga sedang jatuh di pasar ekspor. Perlu ada langkah konkret mengatasinya, salah satunya memastikan ada hilirisasi," kata Ishak di Palembang, Jumat.

Ia mengatakan hilirisasi karet ini sudah lama didengungkan di Sumsel namun sangat sulit terwujud karena daerah memiliki sejumlah kendala infrastruktur. Namun, jika tidak ada tekad yang kuat untuk mengatasinya maka memiliki pabrik ban, dan lainnya seakan hanya mimpi.

"Saya bertekad mewujudkan pelabuhan internasional dan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api karena ini adalah kunci Sumsel untuk selangkah lebih maju dibandingkan daerah lain. Bukan hanya persoalan hilirisasi karet yang teratasi, persoalan hilirisasi sawit dan batu bara juga dapat diselesaikan," kata mantan Bupati Ogan Komering Ilir ini.

Menurutnya, sudah saatnya Sumsel bukan hanya menghasilkan bahan baku tapi sudah menghasilkan produk jadi.

Jika Sumsel tidak mengeming dari cara lama, maka dipastikan petani karet akan semakin sulit di masa datang karena saat ini sudah ada negara pemain baru yakni Vietnam dan Thailand yang mampu menghasilkan produk lebih baik dan berkualitas.

"Minimal ada pabrik ban motor di Sumsel ini dan bisa diserap di dalam negeri," kata politisi Partai Demokrat ini.

Sementara itu, salah Anwar, petani karet Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumsel, mengatakan bahwa harga getah karet bongkahan anjlok sejak awal tahun dari Rp7.000,00 menjadi hanya Rp6.800,00 (kering 100 persen) dan Rp5.600,00 (masih basah dengan masa pengeringan dua hari atau kering 75 persen).

"Saat ini sulit, lahan banyak dibiarkan petani karena harga jatuh. Jika dihitung pendapatan per bulan, berkisar Rp700 ribu, tentunya ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga," kata dia.