PMI Palembang distribusikan 300 kantong darah perhari

Palembang (ANTARA Sumsel) - Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia Palembang, Sumatera Selatan mendistribusikan sedikitnya 200-300 kantong darah ke rumah sakit dalam kota setempat setiap harinya.

Darah yang didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat  yang menjalani pengobatan/operasi di rumah sakit swasta dan pemerintah itu diperoleh dari pendonor pengganti atau dari pihak keluarga yang sakit dan pendonor sukarela yang secara rutin melakukan donor darah ke Palang Merah Indonesia (PMI), kata petugas Unit Donor Darah PMI Palembang, Ayu di Palembang, Rabu.

Menurut dia, secara umum permintaan darah masyarakat di kota ini bisa dipenuhi dengan baik melalui stok darah yang diperoleh dari pelayanan rutin terhadap pendonor sukarela di kantor PMI dan kegiatan sosial instansi pemerintah/swasta.

Selain itu juga bisa dipenuhi dengan adanya pendonor pengganti yang dibawa keluarga pasien rumah sakit yang membutuhkan tambahan darah untuk pengobatan dan operasi.

Kemudian jika dalam kondisi darurat, pasien yang membutuhkan tambahan darah tidak bisa dipenuhi dari stok darah yang ada di bank darah PMI dan pendonor pengganti, pihaknya memanfaatkan pendonor yang masuk dalam daftar pendonor yang siap dipanggil setiap waktu (pendonor on call), katanya.

Melihat besarnya peran pendonor "on call" untuk membantu masyrakat yang membutuhkan darah dalam kondisi darurat, dia menjelaskah bahwa pihaknya berupaya menambah jumlahnya.

"PMI Palembang akan meningkatkan jumlah pendonor darah yang siap dipanggil setiap saat atau pendonor "on call" untuk mengatasi kondisi gawat darurat kekurangan stok darah," ujar Ayu.

Sekarang ini ada 1.000 lebih pendonor "on call", jumlah pendonor tersebut akan terus ditingkatkan sehingga jika terjadi peningkatan permintaan darah dari pasien rumah sakit yang membutuhkan tambahan darah bisa dipenuhi dengan baik dan cepat.

Permintaan darah semaksimal mungkin diupayakan bisa dipenuhi, karena jika pasien tidak bisa mendapatkan donor darah sesuai dengan kebutuhan pengobatannya bisa mengakibatkan pasien meninggal dunia akibat dokter tidak dapat melakukan tindakan medis secara maksimal, kata dia.