Sentuhan keramahtamahan Tiongkok bagi Muslim

id tiongkok, muslim, masjid, islam, muslimah, agama, umat islam, china

Sentuhan keramahtamahan Tiongkok bagi Muslim

Masjid Niujie di Jalan Niujie, Distrik Xuanwu, Beijing. (ANTARA FOTO/Herlinawati Simanjuntak/17)

Jakarta (ANTARA Sumsel) - Republik Rakyat Tiongkok yang bukan negara mayoritas berpenduduk muslim memberikan keramahtamahan dan kenyamanan bagi kelompok minoritas muslim.

Umat Islam yang ada di daratan Tiongkok mencapai 23 juta jiwa dengan 23.000 masjid di seluruh daratan Tiongkok, khusus di Beijing saja jumlah masjid mencapai angka 70 buah.

Salah satu masjid yang menjadi pusat komunitas muslim Beijing adalah Masjid Niujie yang terletak di Jalan Niujie, Distrik Xuanwu, Beijing.

Masjid ini merupakan masjid tertua dan terbesar di Beijing yang dibangun pada 996 M pada masa Dinasti Liao yang berkuasa sejak 916 M hingga 1125 M.

Dalam kunjungan wartawan Indonesia termasuk dari Antara ke Masjid Niujie, umat muslim berdatangan ke masjid tersebut untuk menunaikan Shalat Jumat dan melihat-lihat bangunan masjid itu.

Umat muslim yang datang bukan hanya berasal dari warga setempat atau dari berbagai daerah di Tiongkok namun juga dari berbagai penjuru dunia.

Wisatawan muslim yang kala itu berkunjung ke Tiongkok juga dapat menunaikan Shalat Jumat dan ibadah shalat setiap hari di tempat itu.

Sejak berdiri pada 996 M, Masjid Nuijie telah mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan. Masjid itu dirancang dengan arsitektur campuran Tiongkok dan Islam.

Masjid dengan gedung yang dominan bercorak warna merah tersebut mampu menampung kurang lebih 1.000 jamaah.

Salah satu warga Negara Indonesia Wisnu Adiputra Martha, seorang dosen di Departemen Ilmu Komunikasi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta sedang berkunjung di Beijing, Tiongkok dan melakukan Shalat Jumat di Masjid Nuijie.

"Ketika shalat, kita berkumpul bersama jamaah dari berbagai pelosok dunia," ujarnya.

Wisnu mengagumi keindahan arsitektur Masjid Nuijie yang beratapkan khas Tiongkok dengan ornamen binatang seperti naga dan warna dominan merah dan hijau.

Di dalam bangunan seperti tempat shalat khusus pria terdapat tulisan Arab dan aksara Tiongkok yang dikombinasi dengan baik.

"Di sini suasananya tenang, arsitekturnya indah. Arsitekturnya kombinasi budaya Tiongkok dan Arab," tuturnya.

Dalam kunjungan tersebut, Wisnu dapat melihat dan merasakan langsung keharmonisan hidup muslim di wilayah tersebut.

"Ketika di sini saya kira kelihatan sekali di sini damai dan terlindungi walaupun mereka (kaum muslim) minoritas tapi bisa shalat dengan damai," ujarnya.

Dia memuji adanya hormat-menghormati antarkaum minoritas dengan warga Tiongkok pada umumnya.

"Di dalam terasa sekali bahwa Islam itu agama yang damai, beragam dan universial," katanya.

Keramahtamahan di Tiongkok terhadap kaum muslim tentu diharapkan dapat terus terjaga tanpa mengenal waktu.

"Tentu ingin datang kembali ke sini kalau perlu setiap Jumat," tutur pria tersebut.

Pengunjung lain yaitu Husna dari Malaysia yang merupakan mahasiswa sarjana di Universitas Selangor, Malaysia juga mengunjungi masjid tersebut.

Perempuan tersebut berkunjung ke Tiongkok dalam rangka menemui ayahnya yang bekerja sebagai staf di Kedutaan Besar Malaysia di Beijing.

"Ini pertama kali saya datang ke sini sebab kita mau cari satu masjid untuk suami saya tunaikan Shalat Jumat," tutur perempuan yang berusia 24 tahun itu.

Dia mengaku terharu dengan adanya pusat komunitas muslim di lingkungan Masjid Nuijie tersebut.

"Ketika jumpa muslim di satu tempat di mana kita bisa makan dan shalat jadi agak terharu," tuturnya.

Husna juga mengungkapkan merasakan ketenangan saat berada dalam lingkungan masjid tersebut. Bagi perempuan yang ingin menunaikan shalat, masjid tersebut menyediakan bangunan tersendiri.

"Insya Allah jika ada peluang saya akan datang lagi ke sini," ujar perempuan berkerudung itu.

Seorang pengunjung lain yakni perempuan asal Islamabad, Pakistan yang bernama Zaib un Nisa juga sedang berkeliling mengamati masjid tersebut.

Nisa merupakan seorang mahasiswi yang mengejar gelar Doctor of Philosophy di jurusan Atmospheric Environment di Institute of Tibetan Plateau Research di University of Chinese Academy of Sciences, Beijing.

Perempuan yang berusia 27 tahun itu mengaku Tiongkok menjadi negara kedua tujuan luar negeri yang dia kunjungi. Sebelumnya, dia pernah bepergian ke Jordania.

Mendengar Masjid Nuijie adalah masjid tertua di Beijing, Nisa termotivasi untuk melihat suasana dan mengunjungi masjid tersebut.

"Ini pertama kalinya saya berkunjung ke Tiongkok. Tiongkok benar-benar sesuatu yang berbeda," tuturnya.

Komunitas muslim di wilayah tersebut juga bersahabat. Meski berbeda asal negara, mereka juga tidak sungkan bergabung bersama warga negara lain yang datang untuk menunaikan shalat atau berkeliling masjid.

"Ini adalah negara yang sangat damai," ungkapnya.

Nisa mengagumi minoritas muslim dan warga Tiongkok lain yang bisa hidup damai tanpa ada konflik.

"Tidak ada konflik muslim dan non muslim bahkan konflik kebangsaan. Mereka sangat menghormati semua orang," ujarnya.
      
                                  
                                                                   Makanan halal
   
Bagi umat muslim yang berkunjung ke Tiongkok, mencari makanan halal tidaklah sulit.

Di Beijing, sejumlah restoran halal dapat ditemukan di jalan-jalan seperti restoran Kao Rou Wan di subdistrik Bei Xin Qiao, You Yi Shun, Hong Bin Lou dan Dong Lai Shun.

Bahkan restoran halal juga dapat ditemukan di dalam mal saat berbelanja atau sekedar mencari tempat yang menjajakan makanan halal.

Restoran halal juga dapat dijumpai di stasiun kereta cepat.

Restoran tersebut menempelkan label halal pada bangunan restoran sehingga muslim tidak perlu kesulitan mencari makanan halal.

Husna mengaku senang dapat menjumpai restoran makanan halal di jalan di sekitar Masjid Nuijie. Setelah menemani suami yang menunaikan Shalat Jumat di Masjid Nuijie, dia mengatakan akan pergi berjalan-jalan di sekitar lingkungan masjid untuk menyantap makanan halal.

"Saya tidak punya keraguan mencari makanan halal di sini. Kita hanya perlu berhati-hati melihat ke sekeliling dan menemukan logo halal di restoran," katanya.

Nisa mengatakan dapat menemukan banyak restoran yang menjual makanan halal yang mana kaum muslim dapat dengan mudah berkunjung dan tinggal di wilayah tersebut.

"Mereka dapat menghabiskan waktu santai di sini. Mereka bisa pergi ke masjid dengan mudah. Saya dengar ada 70 masjid di Beijing dan Masjid Nuijie ini adalah yang tertua," ujarnya.

Dia mengagumi wilayah itu sebagai tempat yang nyaman bagi kaum muslim di mana penduduk sekitar hidup berdampingan dan ramah satu sama lain.

"Mereka sangat ramah," tuturnya.