'Kids zaman now' bisa jadi pahlawan

id anak muda, generasi muda, pembangunan, zaman moderen, perdamaian, ekonomi baru, kesatuan, Muhammad Syauqillah, intoleransi, radikalisme

'Kids zaman now' bisa jadi pahlawan

Dokumentasi- Saat upacara Peringatan hari Sumpah Pemuda (ANTARA)

Jakarta (ANTARA Sumsel) - Anak muda sekarang atau populer di media sosial dengan sebutan "kids zaman now" bisa menjadi pahlawan dengan menjadi agen kemajuan, perdamaian, dan kesatuan NKRI, kata pengajar Kajian Strategis dan Global Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia Muhammad Syauqillah.

"Meski bukan produk Penataran P4 seperti generasi muda 1990-an, anak muda zaman now harus memiliki kepedulian dan pertahanan dalam menghadapi ancaman global seperti radikalisme dan terorisme," kata Syauqillah di Jakarta, Selasa.

Doktor lulusan Universitas Marmara, Turki, itu mengatakan  perjuangan anak muda saat ini adalah perjuangan melawan intoleransi, radikalisme, dan upaya perpecahan lainnya.

"Itu adalah tantangan nyata di depan anak muda zaman now. Karena itu, mereka harus bisa melakukan kontranarasi terhadap konten-konten negatif di dunia maya baik itu intoleransi, radikalisme, terorisme, dan hoaks," katanya.

Menurut dia, langkah ini mau tidak mau harus dilakukan anak muda zaman sekarang karena ini terkait keberlanjutan sebuah bangsa dan negara.

Kalau dulu para pahlawan berjuang merebut kemerdekaan maka sekarang anak muda juga harus berjuang mempertahankan dan mewujudkan cita-cita para pahlawan itu, kata Syauqillah.    

"Faktanya, negara kita sedang banyak menghadapi ancaman baik itu dari sisi ekonomi, politik, budaya, dan intoleransi. Itulah yang harus dilawan anak muda zaman now," katanya.

Ia mengakui anak muda zaman sekarang terkesan acuh tak acuh dengan masalah-masalah kebangsaan. Karena itu, ia mengajak generasi muda untuk tidak larut dalam modernisasi dan tetap menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan kearifan lokal.

Anak muda zaman sekarang juga diminta tidak malu belajar dan memahami Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

"Tentunya pemahamannya harus disesuaikan dengan tren dan cara anak muda zaman now. Pancasila tidak lagi bisa kita sekat menjadi ideologi satu kelompok saja karena Pancasila milik semua generasi muda," katanya.

Menurut dia, anak-anak muda harus diajak memiliki Pancasila, bukan sekadar sebagai objek doktrinasi sehingga tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap Pancasila menjadi kuat.