Harga lada jatuh, petani pilih tanam sayur

id lada, perkembunan, sayur, petani, ekspor, komoditi

Harga lada jatuh, petani pilih tanam sayur

Ilustrasi - Produksi komoditas lada (FOTO ANTARA)

Merawang (ANTARA Sumsel) - Anjloknya harga lada dalam waktu yang lama membuat petani di Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, memilih menanam tanaman lain seperti sayuran.

"Selama 2017 harga lada mengalami penurunan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya sehingga banyak petani yang enggan menjual hasil panennya dan untuk sementara beralih menanam sayur," kata salah seorang petani di Merawang, Munir, Jumat.

Munir menilai, menanam sayur lebih ekonomis karena perawatannya tidak membutuhkan modal yang besar dan panennya tidak membutuhkan waktu yang lama terlebihnya saat ini musim hujan normal.

"Musim hujan saat ini intensitasnya tidak terlalu besar sehingga sangat cocok untuk bertanam sayur-sayuran," jelasnya.

Petani lainnya, Herwan mengatakan, bertanam sayur merupakan cara tepat bagi petani untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Saat ini kami  belum berani menjual lada karena harganya sangat murah dan petani takut rugi. Jadi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kita menanam sayur dan menjualnya saat panen tiba," katanya.

Ia menyebutkan, sayur yang ia tanam di antaranya kangkung, sawi, timun, kacang panjang dan juga menanam tanaman jenis bumbu dapur seperti cabai, kunyit, jahe dan kencur.

"Lumayan, tanaman yang saya tanam bisa dijual dan bisa untuk membeli sembako dan memenuhi keperluan anak sekolah," katanya.

Ia mengatakan, harga lada saat ini berada pada titik terendah yakni Rp55 ribu per kilogram.

Ia berharap harga lada kembali normal seperti tahun-tahun sebelumnya yakni Rp150 ribu per kilogram.

"Mudah-mudahan upaya pemerintah untuk meningkatkan harga lada melalui resi gudang bisa optimal sehingga petani sejahtera seperti masa jayanya lada tahun-tahun sebelumnya," ujarnya.