Berbagi pengalaman hadapi tsunami

id tsunami, berbagi pengalaman, gempa, bencana alam, pbb, World Tsunami Awareness Day

Berbagi pengalaman hadapi tsunami

Dokumentasi - Warga melihat masjid yang runtuh akibat gempa 6.5 SR, di Meuredu, Pidie Jaya, Aceh, pada 2016 (ANTARA /Irwansyah Putra/16)

Jakarta (ANTARA Sumsel) - Pemerintah Indonesia berbagi pengalaman menghadapi bencana tsunami dengan negara-negara lain di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Hal itu terungkap dalam keterangan pers dari Kantor Perwakilan Tetap RI di Jenewa yang diterima Antara di Jakarta, Minggu.

Dalam rangka memperingati World Tsunami Awareness Day 2017, Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Pengurangan Resiko Bencana bekerjasama dengan Pemerintah Jepang mengadakan kegiatan diskusi panel di Kantor PBB di Jenewa dengan menghadirkan perwakilan beberapa negara yang pernah mengalami bencana alam tsunami, termasuk Indonesia.

Pada kegiatan tersebut, Wakil Tetap RI di Jenewa Duta Besar Hasan Kleib menjadi salah satu panelis dalam pertemuan tersebut.

Dubes Hasan Kleib menekankan pentingnya peningkatan kerja sama antarnegara, organisasi regional dan internasional dalam memperkuat kemampuan kesiapan dan sistem peringatan dini dalam menghadapi bencana alam tsunami.

"Pasca tsunami Aceh tahun 2004, salah satu pelajaran berharga adalah pentingnya terus meningkatkan kemampuan kesiapan dan sistem peringatan dini untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana tsunami," ujar dia.

Dubes Hasan menyampaikan bahwa peningkatan kemampuan kesiapan dan sistem peringatan dini, yang telah dikembangkan Indonesia melalui kerja sama dengan sejumlah negara, telah teruji berhasil mengurangi jumlah korban gempa berpotensi tsunami yang terjadi di Padang pada 2012.

Dia juga menekankan bahwa pasca bencana tsunami Aceh, Pemerintah RI telah membentuk Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) untuk wilayah Aceh dan Nias.

Selain itu, pemerintah RI dalam lima tahun telah mampu menyelesaikan pembangunan kembali Aceh dan Nias melalui pelaksanaan berbagai program nasional serta kerja sama bilateral dengan lebih dari 60 negara, berbagai organisasi regional dan internasional, serta lebih dari 700 lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Selanjutnya, Dubes Hasan juga menyampaikan mengenai sejumlah tantangan yang masih dihadapi Indonesia, seperti tantangan teknis berupa kemungkinan terjadinya rusaknya jalur komunikasi ketika bencana terjadi, tantangan sosial budaya terkait peningkatan kesiapan mental masyarakat dalam menghadapi bahaya tsunami, dan tantangan dari segi kebijakan.

Dari segi kebijakan, menurut dia, Indonesia perlu lebih fokus pada kebijakan-kebijakan yang bersifat pencegahan terhadap bahaya tsunami, dan tidak hanya pada kebijakan terkait upaya pemulihan pasca bencana.

Kegiatan diskusi panel di PBB tersebut bertujuan untuk berbagi pengalaman antara negara-negara seperti Jepang, Indonesia, Chile dan Maladewa dalam menghadapi tsunami serta untuk mengingatkan publik terhadap bahaya dari bencana  tsunami.