Taman Nasional Sembilang Sumsel jadi cagar biosfer

id tn sembilang, taman nasional, taman nasional sembilang, cagar biofer, nasrun umar, sekda, kelola sendang, Harry Priyadi

Taman Nasional Sembilang Sumsel  jadi cagar biosfer

Puluhan juta burung migran dari berbagai belahan dunia menetap sementara di Semenanjung Taman Nasional Sembilang, Sungai Bungin, Banyuasin, Sumsel. (FOTO ANTARA Sumsel/Nova Wahyudi/15)

....Sumsel provinsi pertama di Indonesia yang dipilih untuk menerapkan model tersebut....
Palembang (ANTARA Sumsel) - Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Nasrun Umar mengatakan Taman Nasional Sembilang akan dijadikan cagar biosfer guna mendukung pertumbuhan ekonomi hijau.

"Dalam mewujudkan program tersebut dilakukan kerja sama dengan LIPI," katanya di Palembang, Sabtu.

Ia mengatakan program tersebut juga sebagai percontohan kemitraan pengelolaan Sembilang Dangku dilaksanakan atas ZSL dan dukungan UKCCU, NICFI, IDH, dan Yayasan Belantara, serta lainnya.

Program tersebut, katanya, sebagai model nasional dan internasional karena metodologinya sudah diakui.

Selain itu, ujarnya, untuk mengevaluasi nilai bentang alam sebagai dasar investasi dalam perlindungan hutan dengan mengaitkan nilai dari sumber daya alam dengan evaluasi potensi dan risiko.

Ia mengatakan Sumsel provinsi pertama di Indonesia yang dipilih untuk menerapkan model tersebut.

Dengan adanya program tersebut, katanya, maka dapat menjadi suatu kerangka kerja mengilustrasikan peran ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan dari suatu bentang alam.

Selain itu, katanya, model tersebut bisa dijadikan sebagai salah satu acuan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perencanaan dan pengelolaan bentang alam.

Ia mengharapkan model tersebut menjadi acuan dukungan pendanaan investasi mitra international dalam bentuk "trust fund".

"Oleh karena itu program tersebut harus didukung bersama sehingga ekonomi hijau terus berlanjut," kata dia.

Perairan Dusun IV Sembilang Dangku 

Konsorsium proyek kemitraan pengelolaan lanskap Sembilang-Dangku (kelola sendang) di Sumatera Selatan juga memperkuat strategi restorasi dan pemulihan mengingat pada 2018 memasuki tahapan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Manajer sektor masyarakat proyek Kelola Sendang Harry Priyadi mengatakan, penguatan strategi ini karena pada 2017 ini ditargetkan untuk menuntaskan tahapan pembasahan (rewetting) lahan gambut dan penanaman (revegetasi) kembali di dua lokasi tersebut Sembilang dan Dangku.

"Rewetting dan revegetasi sebagian sudah jalan dua dua lokasi ini yakni Taman Nasional Sembilang dan Satwa Margasatwa Dangku dan akan terus dipacu hingga akhir tahun. Tahun depan, akan mulai pada pembenahan ekonomi masyarakat sekitar sehingga perlu memperkuat kemitraan," kata dia.

Ia mengatakan pola kemitraan ini akan melibatkan pemerintah, perusahaan kelapa sawit dan Hutan Tanam Industri, dan masyarakat.

Khusus untuk koordinasi kemitraan ini, pada 26 Oktober 2017 dilakukan pertemuan multi pihak dalam sebuah acara lokakarya di Palembang yang dihadiri asosiasi pengusaha kelapa sawit dan hutan industry (HTI/HP), NGO mitra kerja Sumsel, kalangan Universitas, serta perwakilan masyarakat desa yang menjadi area proyek Kelola Sendang.

Kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan sarana berbagi pengalaman dan memberikan ruang dialog bagi para pihak sekaligus harmonisasi aksi antarpihak/sektor dalam kegiatan restorasi di areal gambut maupun mineral.

Selain itu, tak kalah penting yakni menyiapkan dokumen strategi restorasi di Sumatera Selatan.

Lokakarya ini dirancang dengan scientific approaches dengan mengundang narasumber yang turut membangun dinamika restorasi baik di nasional maupun di level lokal.

Sesi pertama mengenai " Ilmu Pengetahuan dalam Restorasi, dan Sinergitas dengan Kebijakan Nasional ", kemudian Sesi kedua adalah mengenai "Potensi dan Implementasi Restorasi/Rehabilitasi di Tingkat Tapak".

Terkait Pengelolan Lanskap Sembilang-Dangku ini, beberapa hal juga masih menjadi pekerjaan rumah, di antaranya restorasi lahan gambut karena masih dijumpai adanya gambut dalam yang dimanfaatkan untuk perkebunan sawit.

Selain itu, penyebaran keanekaragaman hayati di dalam kawasan Sembilang-Dangku, penyelesaian konflik lahan antar warga dan perusahaan. Sejauh ini tim Kelola Sendang, sudah membantu menyelesaikan konflik di Desa Pulau Gading, Muba.

"Rencananya program ini akan berakhir pada Maret 2018. Tentunya, kami memiliki indikator dan paramater apakah target yang diusung sudah tercapai apa belum. Dan salah satu indikatornya, yakni bagaimana praktek perkebunan di Sembilan-Dangku mampu meningkatkan kegiatan ekonomi tapi tetap tidak merusak lingkungan," kata dia.

Sebelumnya, dua lokasi ini dipilih karena sangat rawan terjadi pengalifungsian lahan akibat tingginya kebutuhan manusia, dan bencana kebakaran hutan dan lahan. Sembilang-Dangku memiliki luas 1,6 juta hektare dengan 145 ribu rumah tangga, 465 ribu.