Konsersium lanskap kelola Sendang perkuat strategi restorasi

id Harry Priyadi, Konsorsium, proyek kemitraan, pengelolaan, lanskap, Sembilang-Dangku, TN sembilang, taman nasional, restorasi

Konsersium lanskap kelola Sendang perkuat strategi restorasi

Harry Priyadi (ANTARA Sumsel/Dolly Rosana/Ang/17)

....Rencananya program ini akan berakhir pada Maret 2018. Tentunya, kami memiliki indikator dan paramater apakah target yang diusung sudah tercapai apa belum....
Palembang  (ANTARA Sumsel) - Konsorsium proyek kemitraan pengelolaan lanskap Sembilang-Dangku (kelola sendang) di Sumatera Selatan memperkuat strategi restorasi dan pemulihan mengingat pada 2018 memasuki tahapan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Manajer sektor masyarakat proyek Kelola Sendang Harry Priyadi di Palembang, Kamis, mengatakan, penguatan strategi ini karena pada 2017 ini ditargetkan untuk menuntaskan tahapan pembasahan (rewetting) lahan gambut dan penanaman (revegetasi) kembali di dua lokasi tersebut Sembilang dan Dangku.

"Rewetting dan revegetasi sebagian sudah jalan dua dua lokasi ini yakni Taman Nasional Sembilang dan Satwa Margasatwa Dangku dan akan terus dipacu hingga akhir tahun. Tahun depan, akan mulai pada pembenahan ekonomi masyarakat sekitar sehingga perlu memperkuat kemitraan," kata dia.

Ia mengatakan pola kemitraan ini akan melibatkan pemerintah, perusahaan kelapa sawit dan Hutan Tanam Industri, dan masyarakat.

Khusus untuk koordinasi kemitraan ini, pada 26 Oktober 2017 dilakukan pertemuan multi pihak dalam sebuah acara lokakarya di Palembang yang dihadiri asosiasi pengusaha kelapa sawit dan hutan industry (HTI/HP), NGO mitra kerja Sumsel, kalangan Universitas, serta perwakilan masyarakat desa yang menjadi area proyek Kelola Sendang.

Kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan sarana berbagi pengalaman dan memberikan ruang dialog bagi para pihak sekaligus harmonisasi aksi antarpihak/sektor dalam kegiatan restorasi di areal gambut maupun mineral.

Selain itu, tak kalah penting yakni menyiapkan dokumen strategi restorasi di Sumatera Selatan.

Lokakarya ini dirancang dengan scientific approaches dengan mengundang narasumber yang turut membangun dinamika restorasi baik di nasional maupun di level lokal.

Sesi pertama mengenai " Ilmu Pengetahuan dalam Restorasi, dan Sinergitas dengan Kebijakan Nasional ", kemudian Sesi kedua adalah mengenai "Potensi dan Implementasi Restorasi/Rehabilitasi di Tingkat Tapak".

Terkait Pengelolan Lanskap Sembilang-Dangku ini, beberapa hal juga masih menjadi pekerjaan rumah, di antaranya restorasi lahan gambut karena masih dijumpai adanya gambut dalam yang dimanfaatkan untuk perkebunan sawit.

Selain itu, penyebaran keanekaragaman hayati di dalam kawasan Sembilang-Dangku, penyelesaian konflik lahan antar warga dan perusahaan. Sejauh ini tim Kelola Sendang, sudah membantu menyelesaikan konflik di Desa Pulau Gading, Muba.

"Rencananya program ini akan berakhir pada Maret 2018. Tentunya, kami memiliki indikator dan paramater apakah target yang diusung sudah tercapai apa belum. Dan salah satu indikatornya, yakni bagaimana praktek perkebunan di Sembilan-Dangku mampu meningkatkan kegiatan ekonomi tapi tetap tidak merusak lingkungan," kata dia.

Sebelumnya, dua lokasi ini dipilih karena sangat rawan terjadi pengalifungsian lahan akibat tingginya kebutuhan manusia, dan bencana kebakaran hutan dan lahan. Sembilang-Dangku memiliki luas 1,6 juta hektare dengan 145 ribu rumah tangga, 465 ribu jiwa.