Komunitas masyarakat peduli sungai kelola sampah

id peduli sampah, pelatihan, kelola sampah, komunitas peduli sungai, sampah, organik

Komunitas masyarakat peduli sungai kelola sampah

Sejumlah peserta memperhatikan penjelasan pakar pembimbing pada pelatihan pemanfaatan sampah kota menjadi pupuk organik di Balai Kecamatan Ilir Barat I Palembang, Rabu (25/10). (ANTARA Sumsel/17/Feny Sell/I016)

....Proses fermentasi nanti akan kelihatan dengan mengembungnya wadah atau botol penyimpanan cairan ini....
Palembang (ANTARA Sumsel) - Komunitas Masyarakat Peduli Sungai dan Banjir Kecamatan Ilir Barat II Kota Palembang belajar mengelola sampah yang dibimbing sejumlah pakar dari Universitas Muhammadiyah setempat.

Pelatihan dan Peresmian Komunitas Masyarakat Peduli Sungai dan Banjir yang diselenggarakan di Balai Kecamatan Ilir Barat I Palembang, Rabu, di antaranya melakukan pengoptimalan alih fungsi pada sampah menjadi benda non-organik, dan sampah organik menjadi pupuk kompos.

"Hari ini kami melakukan bimbingan sampah organik menjadi pupuk kompos," kata Instruktur pakar dari Universitas Muhamadiyah Palembang, Erna Yuliwati usai kegiatan.

Pembuatan sampah kompos yang dicontohkan pada 200 peserta pelatihan ini menggunakan biang kompos yang dapat dibuat sendiri oleh peserta.

"Kami sebut biang kompos yang ramah lingkungan karena juga terbuat dari limbah rumah tangga," terang dosen teknik kimia universitas Muhamadiyah ini.

Bahan tersebut antara lain satu liter air yang dicampur dengan 50 gram tempe sisa dan 50 gram tape singkong. Semua bahan tersebut dihaluskan lalu diaduk dengan air kemudian dimasukkan ke dalam botol untuk difermentasi.

"Proses fermentasi nanti akan kelihatan dengan mengembungnya wadah atau botol penyimpanan cairan ini," kata dia.

Menurut dia dengan biang kompos buatan ini proses penguraian sampah menjadi kompos akan lebih cepat ketimbang menggunakan biang yang ada di pasaran.

"Biasanya butuh  30 hari namun dengan biang buatan ini hanya butuh 15 hari," jelas dia lagi.

Selain membuat biang kompos sendiri, para peserta juga dibimbing untuk mengolah samah anorganik sebelum diurai menjadi kompos, yaitu menghancurkan sampah dengan alat penghancur sampah atau mencacah dengan alat tajam sebesar kurang lebih dua sentimeter.

Menurut erna, masyarakat perlu tahu bahwa 72 persen sampah dapat dimanfaatkan kembali.

Ia melakukan persentase sampah antara lain 40 sampah rata-rata dari masyarakat merupakan sampah organik, kemudian 30 persen lainnya merupakan sampah anorganik, dan sisanya 30 persen sampah yang tidak dapat didaur ulang kembali.

"Lewat pelatihan ini saya yakin peserta dapat melakukan kembali di lingkungannya masing-masing" kata dia.

Kegiatan berbasis komunitas masyarakat ini merupakan kali keempat di Kota Palembang. Hal ini disampaikan oleh Kepala PU dan Penataan ruang A Bastari Yusak di sela kegiatan.

"Ini sudah disosialisasikan pada masyarakat sejak tahun  2015 dan kami pemerintah kota berperan selaku fasilitator," ujarnya.

Kegiatan dan pembentukan komunitas masyarakat Peduli sungai dan banjir ini juga dibentuk atas prakarsa masing-masing tokoh dan masyarakat  di kecamatan tersebut.

Camat IB I selaku tuan rumah penyelenggaraan pelatihan ini mengungkakan kegiatan ini dibutuhkan di wilayahnya dengan harapan komunitas ini dapat melaksanakan program pemerintah kota.

" Harapannya tidak hanya perhatian pada sungai tapi juga lingkungan dan memanfaatan sampah di lingkungan masing-masing," ujar dia.