Taman obat keluarga kurangi kunjungan ke Puskesmas

id tanaman, obat, alternatif, alami, kesehatan, murah, taman, badan sehat, Kementerian Kesehatan

Taman obat keluarga kurangi kunjungan ke Puskesmas

Ilustrasi- Hasil tanaman obat-obatan (apotek hidup) (ANTARA)

Minahasa Utara, Sulawesi Utara (ANTARA Sumsel) - Taman obat yang ditanam warga Desa Pinilih Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, dinilai berhasil mengurangi kunjungan ke puskesmas.

"Sesuai data puskesmas, pengunjung puskesmas turun sejak program digalakkan tahun lalu," papar Kepala Desa Dimembe Fredrik Longdong ketika menerima kunjungan kerja Kementerian Kesehatan di Minahasa Utara, Jumat.

Meski mengaku tidak tahu persis jumlah penurunan kunjungan ke puskesmas, Fredrik mengaku derajat kesehatan warga desa meningkat sejak desa tersebut menjadi salah satu desa produksi tanaman obat keluarga (TOGA) dan warga diimbau untuk menanam tanaman obat di pekarangan masing-masing.

Hampir seluruh rumah di desa berpenduduk sekitar 1.400 jiwa itu memiliki taman obat di pekarangannya.

"Ada sekitar 150 tanaman obat yang ditanam untuk pengobatan berbagai macam penyakit," paparnya.

Wakil Ketua PKK Kelompok Jaga 4 Desa Pinilih Fani Laluya memaparkan beberapa jenis tanaman itu adalah ekor tikus, sambung nyawa, daun sirsak, sambiroto, pandan, gingseng dan daun Afrika.

"Obat-obat ini bisa untuk mengobati asam urat, diabetes, kolesterol, darah tinggi, batuk dan lain-lain," ujarnya.

Fani juga mengakui sejak dilakukan produksi tanaman obat sejak 2016, warga yang berobat ke puskesmas semakin berkurang.

"Sekarang warga ke puskesmas untuk periksa saja, nanti pengobatan pakai ramuan herbal," ujarnya.

Selain menanam, warga desa juga mulai memproduksi obat herbal meski belum memiliki standar dan produksi yang masih dilakukan secara manual.

"Belum ada izin (edar dari BPOM) tapi akan kami upayakan. Kami ingin jadi produk unggulan daerah ini," ujar Fredrik.

Desa Pinilih juga menjadi desa contoh yang berhasil Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) total pada 2017.

Keberhasilan program itu diakui Fredrik juga berhasil menurunkan penderita diare yang banyak diderita warga sebelumnya.

"Sebelum Stop BABS, banyak terkena diare, gatal-gatal tapi sekarang sudah jarang," ujarnya.