Penyerapan KUR Bank Mandiri didominasi sektor perdagangan

id Bank Mandiri, Kredit Usaha Rakyat, perdagangan, pinjaman, uang, NPL

Penyerapan KUR Bank Mandiri didominasi sektor perdagangan

Bank Mandiri. (ANTARA)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Penyerapan Kredit Usaha Rakyat di Bank Mandiri Wilayah Sumatera Bagian Selatan didominasi oleh sektor perdagangan seiring dengan maraknya transaksi daring di kalangan masyarakat.

Regional CEO Bank Mandiri Sumatera II Ariwibowo di Palembang, Selasa, mengatakan, minat pelaku usaha sektor perdagangan ini cukup tinggi sehingga perusahaan terpaksa menghentikan pemberian selama enam bulan agar terjadi pemerataan di sektor lain yakni industri kreatif, jasa dan mikro.

"Hingga saat ini, Bank Mandiri sudah mengucurkan KUR Rp1,5 triliun dari target Rp1,7 triliun. Permintaan paling tinggi KUR tetap pada sektor perdagangan," kata Ariwibowo.

Ia mengatakan di perusahaannya, batas rekening KUR sudah mencapai 26,9 ribu rekening, dengan angka kolektibilitas atau NPL hanya 0,2 persen.

Untuk menerapkan sistem keseimbangan, Bank Mandiri juga fokus penyaluran untuk sektor pertanian dan perkebunan yang hingga kini masih minim penyerapan.

Khusus untuk sektor pertanian, Bank Mandiri memiliki program kredit Yarnen atau kredit yang dibayar saat panen.

"Dengan sistem ini petani memiliki kesempatan untuk mengangsur kredit saat masuk musim panen," ujar dia.

Terkait persyaratan KUR, menurut Ari tidak terlalu sulit yakni usaha yang telah berjalan selama enam bulan dan memiliki prospek yang bagus di masa datang. Persyaratan lainnya yakni debitur harus memiliki KTP elektronik atau NIK sudah terdaftar secara online.

Sementara itu, Kasubag Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif Eka Pan Lestari mendorong kemudahan mengakses modal di perbankan bagi kalangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kreatif yakni melalui fasilitasi KUR.

"Asalkan usaha kreatif tersebut telah berjalan dan memiliki arus kas yang lancar maka berpeluang untuk mendapatkan pinjaman," kata dia.

Sementara itu, kondisi saat ini belum ideal bagi pengembangan industri kreatif karena modal yang ada di negeri ini seluruhnya terkonsentrasi di perbankan sebesar Rp5.000 triliun dan modal ventura Rp10 triliun. Di sisi lain, usaha kreatif umumnya dilakukan anak muda yang belum memiliki aset dan rekam jejak.