Perlu aksi nyata cegah kerusakan alam

id hutan, alam, PPIKHL, Balai Pengendalian Perubahan Iklim, Denny Martin

Perlu aksi nyata cegah kerusakan alam

Ilustrasi- Hutan (Ist)

Jambi (ANTARA Sumsel) - Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera menyatakan perlu aksi nyata dari berbagai pihak dalam proses pencegahan dan kerusakan alam.

Hal tersebut dikatakan Kepala Balai PPIKHL Wilayah Sumatera, Denny Martin dalam Publikasi Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera, di salah satu hotel di Jambi, Rabu.

Ia menyatakan saat ini tiga provinsi di Sumatera yakni Jambi, Sumsel dan Riau rawan terjadinya karhutla karena memiliki lahan gambut yang cukup luas.

"Ketiga provinsi ini menjadi perhatian khusus dari pemerintah pusat, termasuk yang diperhatikan oleh Balai PPIKHL," katanya dalam kegiatan yang diikuti puluhan awak media itu.

Dia menjelaskan, aksi nyata yang perlu dilakukan dalam proses pencegahan dan kerusakan alam seperti merubah kendaraan individu ke kendaraan masal, pemakaian listrik diganti menjadi gas dan menggalakkan kampanye terkait pencegahan dan menjaga lingkungan.

"Termasuk pemakaian tas, penggunakan bola lampu LED yang lebih efisien dan menggalakkan penanaman pohon," ujarnya.

Sedangkan langkah dalam upaya pencegahan karhutla, kata Denny diantaranya penetapan siaga darurat, mengajak masyarakat untuk mencegah karhutla, siaga dalam melakukan operasi udara, penegakan hukum tegas terhadap pembakar, perbaikan tata kelola hutan dan lahan, serta koordinasi dan sinergisitas pemerintah dari tingkat pusat hingga daerah.

Sementara itu, Kepala BPBD Provinsi Jambi Bachyuni Deliansyah menyatakan Provinsi Jambi sejauh ini masih berstatus siaga darurat karhutla, dimana status tersebut akan berakhir pada 31 Oktober mendatang.

Untuk mencegah terjadinya karhutla di Jambi, saat ini BPBD Provinsi Jambi kata Bachyuni telah menyiagakan empat helikopter. Satu unit untuk patroli dan tiga unit khusus pemadaman (bombing).

Untuk helikopter patroli setiap hari keliling Jambi memantau titik api yang ada, pagi hari helikopter tersebut akan terbang ke wilayah timur dan pada siang hari diterbangkan ke wilayah barat Jambi.

"Ini dilakukan karena terkadang titik hotspot yang dilaporkan nihil, tetapi ketika patroli titik api itu ada, seperti di Betung belum lama ini," kata Bachyuni menambahkan.