Bayi Pekanbaru berjuang lawan penyakit langka

id bayi, sakit, Muhammad Al Hafizhi, Rumah Sakit Umum Daerah, kulit, penykit langka

Bayi Pekanbaru berjuang lawan penyakit langka

Ilustrasi (Antarasumsel.com/Istimewa)

Pekanbaru (ANTARA Sumsel) - Muhammad Al Hafizhi, bayi berusia tiga bulan melawan penyakit kulit langka dan kini sedang mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Provinsi Riau, Kota Pekanbaru.

Hafiz, panggilan bayi mungil itu terlihat terbaring lemas dengan sesekali menangis kencang memecah suasana hening ruang perawatan Merak, Jumat.

Sejumlah perawat terlihat memasang dan memperbaiki infus yang terpasang pada tangan bayi yang lahir pada 26 April 2017, di ruang High Care Unit (HCU).

Sementara Dewi Lestari (31), ibu kandung bayi Hafiz mendampingi dan berusaha menenangkan tangisan anaknya saat infus dipasang. Kondisi bayi tersebut terlihat sangat memprihatinkan. Kulit pada seluruh tubuhnya mengelupas hingga mengeluarkan aroma kurang sedap.

Musdianto (36), ayah kandung Hafiz mengisahkan bayi Hafiz yang merupakan anak ke empatnya itu awalnya lahir dalam kondisi normal dengan berat 3,6 kilogram.

"Bahkan bidan di kampung kami pun bilang bayi kami ini sehat. Tidak ada tanda-tanda bakal mengalami sakit seperti sekarang," kata Musdianto.

Namun, kondisi tersebut berubah total saat Hafiz menginjak usia dua bulan. Dia mengatakan kulit anaknya mulai bermunculan bercak-bercak merah. Mulai dari bagian kepala, tangan, hingga menyebar ke beberapa bagian tubuh.

Pria yang keseharian bekerja sebagai kuli angkut di kampungnya, Kecamatan Perhentian Raja, Kabupaten Kampar itu sempat membawa anaknya ke dokter kulit di Pekanbaru. Tiga kali pengobatan, anaknya berangsur membaik.

"Dokter saat itu bilang hanya penyakit kulit biasa dan bisa sembuh," katanya lagi.

         Namun ternyata sakit bercak-bercak merah kembali lagi. Parahnya lagi, kulit anaknya tersebut justru melepuh dan mengelupas.

         Kendala biaya memaksa Musdianto tidak lagi membawa anaknya ke dokter melainkan ke orang pintar di kampungnya. Dia mengaku setelah dibawa ke orang pintar, anaknya sempat kembali pulih sebelum kemudian justru kembali memburuk.

         "Pada saat kondisinya semakin parah, ada warga kampung kami yang mengambil fotonya dan pasang di 'Facebook'. Sejak itu banyak yang bersimpati, termasuk bapak camat kami yang membawa ke RSUD ini," tuturnya.

         Kini, tiga hari sudah anaknya berada di RSUD Arifin Achmad. Dia menilai setelah mendapat perawatan di RS milik Pemprov Riau itu semakin baik.

         "Saya yakin ini takdir Allah. Dan Allah pasti memberikan kesembuhan untuk anak saya," harapnya.

         Dilain sisi, dia mengaku sangat bersyukur karena kondisi anaknya itu mendapat perhatian luas. Mulai dari masyarakat hingga pejabat pemerintahan, silih berganti mengulurkan bantuan.

Terlebih lagi, dirinya tidak lagi dapat bekerja sementara tiga kakak Hafiz yang kini duduk di bangku SMA, SMP dan SD harus terus melanjutkan pendidikannya. Ketiga kakak Hafiz sendiri tidah mengalami penyakit seperti bungsunya tersebut. Dia menambahkan, ketiga kakaknya normal dan sehat.

Sementara itu, Direktur Utama RSUD Arifin Achmad, Dr Nuzelli menuturkan kondisi yang dialami Hafiz tidak lazim terjadi pada bayi.

"Umumnya penyakit itu terjadi pada orang dewasa. Jarang terjadi pada bayi," kata Nuzelli.

Secara umum, dia menggambarkan bahwa sakit yang diderita oleh Hafiz merupakan jenis penyakit kulit Ektoderma yang disebabkan oleh Genetik atau turunan. Kini, dia mengatakan pihaknya telah mengerahkan dokter kulit dan anak untuk mengobati penyakit bayi mungil itu.

Ia mengatakan pihaknya juga sangat mengantisipasi terjadinya infeksi dan dehidrasi. Kedua hal itu sangat rentan dan berbahaya bagi nyawa bayi Hafizh. Infeksi, kata dia dapat terjadi karena kulit Hafiz yang terkelupas sehingga rentan terserang bakteri. Begitu juga dehidrasi merupakan hal yang sangat diantisipasi.

Setiap waktu, kata dia, terdapat enam perawat yang menangani bayi malang tersebut selain juga dokter anak dan dokter kulit yang terus melakukan pengobatan.

"Kita semaksimal mungkin menanganinya," ujarnya. Yang kami fokuskan adalah menghindari terjadinya infeksi dan dehidrasi, sehingga kita tempatkan di HCU," katanya lagi.