Rupiah Jumat pagi melemah ke Rp13.368

id rupiah, nilai tukar, mata uang, indonesia, bank sentral, regional

Rupiah Jumat pagi melemah ke Rp13.368

uang rupiah pecahan Rp100.000 bergambar Ir. Soekarno dan Dr (HC) Drs. Mohammad Hatta dan dolar AS (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)

Jakarta (ANTARA Sumsel) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, bergerak melemah sebesar 35 poin menjadi Rp13.368 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.333 per dolar Amerika Serikat (AS).

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar AS seiring dengan masih tingginya permintaan atas mata uang "safe haven" seperti dolar AS.

"Spekulan cenderung masuk ke dalam mata uang dolar AS di tengah meningkatnya ketegangan di semenanjung Korea. Akibatnya, rupiah kehilangan momentum untuk menguat," kata Reza Priyambada.

Kendati demikian, lanjut dia, ruang bagi rupiah untuk kembali terapresiasi masih cukup terbuka menyusul adanya rencana pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan XVI terkait kemudahan investasi dan optimisme akan tercapainya pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada tahun ini.
      
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa walaupun dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang di kawasan Asia, sentimen positif di pasar surat utang negara (SUN) domestik relatif masih terjaga sehingga dapat menahan tekanan rupiah lebih dalam.

"Sentimen di pasar SUN cukup positif seiring dengan harapan pelonggaran moneter, sehingga menjaga pasokan dolar AS di dalam negeri tetap solid dan mencegah pelemahan rupiah lebih dalam," kata Rangga Cipta.

Di sisi lain, lanjut dia, Presiden AS Donald Trump yang semakin fokus terhadap masalah geopolitik, dapat mengurangi rencana stimulus fiskalnya sehingga menekan ekspektasi pengetatan moneter lanjutan oleh bank sentral AS (The Fed) ke depan. Situasi itu dapat menekan dolar AS terhadap mata uang dunia.

Ia menambahkan bahwa saat ini pelaku pasar uang sedang menanti rilis neraca transaksi berjalan kuartal kedua 2017. Selain itu, fokus pasar juga tertuju pada hasil APBN 2018 dan spekulasi perombakan kabinet.