Menanti malam Lailatul Qadar di Biak

id umat islam, malam, Lailatul Qadar, bulan ramadhan, malam penuh keberkahan, Biak Numfor, Papua, Masjid Al Ikhlas, Masjid Almukinin

Menanti malam Lailatul Qadar di Biak

Ilustrasi. (Antarasumsel.com/Feny Selly/Ag/17) ()

Sepuluh hari terakhir setiap bulan Ramadhan memiliki keistimewaan bagi umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa dengan melakukan i'tikaf atau berdiam diri, merenung di masjid, sekaligus menyambut turunnya malam Laitul Qadar. Malam yang lebih baik dari pada seribu bulan.

Seperti halnya di berbagai masjid di Kabupaten Biak Numfor, Papua sejak 10 hari menjelang berakhirnya bulan Ramadhan 1438 H, di antaranya di Masjid Agung Baiturahman, Masjid Al Ikhlas, Masjid Almukinin, Masjid Alhidayah, Masjid Annur, Masjid Al Huda sebagian jamaah setempat sudah melakukan i'tikaf, berdiam diri untuk penyucian jiwa di masjid.

Masjid adalah tempat suci bagi umat Islam karena segala aktivitas untuk melakukan kebajikan dan beribadah kepada Allah SWT bermula di tempat itu.

Di masjid pula seseorang umat musim diharapkan dapat merenung tentang diri pribadinya serta lingkungan masyarakat sekitarnya.

Bahkan, di dalam masjid juga dapat menghindarkan dari hiruk pikuk yang menyesakkan jiwa dan pikiran guna memperoleh tambahan pengetahuan nilai iman dan takwa bagi setiap pribadi muslim.

Selama melaksanakan i'tikaf di masjid, umat muslim dianjurkan untuk terus memperbanyak doa dan lantunan membaca ayat-ayat suci Al Quran, atau bahkan berzikir yang dapat memperkaya nilai keimanan dan ketakwaan.

Berdasarkan sejarah Islam, malam Lailatul Qadar yang menemui Nabi Muhamad SAW pertama kali adalah ketika Rasul menyendiri di Gua Hira, untuk merenung tentang diri beliau dan umat pengikutnya.

Saat jiwa Rasul telah mencapai kesuciannya, turunlah Ar-Ruh (Jibril) membawa ajaran dan membimbing beliau sehingga terjadilah perubahan total dalam perjalanan hidup beliau bahkan perjalanan hidup umat manusia.

"Pengamalan sunnah Nabi Muhammad SAW selalu melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan puasa Ramadhan. Di sanalah beliau bertadarus dan merenung sambil berdoa," ungkap Ketua MUI Biak periode 2006-2011 Ustad Muhammad Adnan MA.

Ia mengatakan, salah satu doa yang paling sering Rasulullah baca dan hayati maknanya adalah: Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka (QS Al Baqarah 201).

Setiap bacaan doa yang dikeluarkan dari dalam diri, menurut Muhammad Adnan, bukan sekadar berarti permohonan untuk memperoleh kebajikan dunia dan kebajikan akhirat, tetapi ia lebih-lebih lagi bertujuan untuk memantapkan langkah dalam berupaya meraih kebaikan.

"Membaca doa yang diucapkan setiap pribadi muslim mengandung arti permohonan yang disertai usaha yang sungguh-sungguh," ujarnya.

Adnan menambahkan, permohonan doa itu juga berarti upaya untuk menjadikan kebajikan dan kebahagiaan yang diperoleh dalam kehidupan dunia ini, tidak hanya terbatas dampaknya di dunia, tetapi berlanjut hingga hari kemudian kelak.

Dia mengajak umat Islam di Biak untuk memanfaatkan momentum sepuluh hari akhir bulan Ramadhan 1438 H dengan meningkatkan semangat beribadah sebagai wujud kecintaan kepada Allah SWT.

Ibadah sholat, membaca Al Quran, berzikir, bersedekah serta menunaikan kewajiban membayar zakat harta dan zakat fitrah kepada yang berhak merupakan hak kewajiban yang harus diperhatikan pada bulan penuh berkah dan kemuliaan Ramadhan 1438 H.

Zakat merupakan pembersihan diri terhadap harta kekayaan yang dimiliki umat muslim. Menurut Ustad Adnan, tidak semua kita miliki tetapi ada hak orang lain yakni fakir miskin untuk ditunaikan sebagai penyempurnaan amalan ibadah puasa Ramadhan 1438 H.

Adnan mengatakan, tunaikan pembayaran zakat harta dan zakat fitrah warga muslim di Kabupaten Biak Numfor melalui lembaga resmi negara, Baznas.

"Ya pembayaran zakat yang tepat sesuai syariat agama disalurkan melalui lembaga resmi Baznas sesuai UU Nomor 23 tahun 2011 tetang Pengelolaan Zakat yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam memberdayakan kesejahteraan ekonomi umat," harap Ustad Adnan.

Sementara itu, Imam besar Masjid Al Ikhlas Biak Mashudi Alhafizd mengatakan, ciri alamiah dari malam lailatul qadar menyebut tanda kehadiran Lailat Al-Qadar adalah matahari pada pagi harinya (terlihat) putih tanpa sinar.

Malam kemuliaan dikenal dengan malam Lailatul Qadar, yaitu satu malam yang penuh dengan kemuliaan, keagungan dan tanda-tanda kebesaran Allah Ta'ala, karena malam itu merupakan permulaan diturunkannya Al Quran.

(1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. (2) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (3) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (4) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. (5) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar (QS. Al-Qadr: 1-5).

Maksud malam Lailatul Qadar, lanjut Mashudi, penuh dengan seluruh kebaikan dan keberkahan, selamat dari segala kejahatan dan keburukan apapun, setan-setan tidak mampu berbuat kerusakan dan kejahatan sampai terbit fajar di pagi harinya.

Ia mengajak, untuk menanti turunnya malam Lailatul Qadar umat Islam diharapkan melakukan i'tikaf di dalam masjid pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Lailatul Qadar dalam hadist yang diperkuat dengan berbagai pendapat ulama Islam akan terjadi pada sepuluh hari terakhir pada (malam) ganjilnya.

Maka umat yang percaya dengan kitab Al Quran, menurut Mashudi Alhafidz, untuk mencari keutamaan malam Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadhan.

"Sesungguhnya tanda Lailatul Qadar adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tenteram, tidak dingin dan tidak pula panas," katanya.

Adapun keutamaan Lailatul Qadar, lanjut Mashudi, adalah malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril [QS.Al-Qadr: 3-4].

Dan mengenai amalan-amalan yang utama untuk dilakukan pada malam tersebut, di antaranya melakukan i'tikaf, memperbanyak doa, menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan melakukan shalat sunnat malam atau ibadah lainnya.

Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan (dari Allah), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Dan barangsiapa menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan pengharapan (dari Allah), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar merupakan harapan yang sangat tinggi dari sebagian besar umat Islam di penjuru dunia.

Sehingga pada sepuluh malam akhir di penghujung bulan suci Ramadhan diharapan terus memperbanyak amalan ibadah dan melakukan i'tikaf di dalam masjid untuk mencari kemuliaan dan keutamaan Lailatul Qadar.

Mengerjakan amalan pada Bulan Puasa Ramadhan antara lain Shalat Wajib lima waktu maupun Shalat Sunnah, Membaca Al Quran, Berpuasa selama 30 hari, Shalat Tarawih, Bersahur, Berdzikir dan Wirid diharapkan jalan untuk mendapatkan Malam Lailatul Qadar.

Karena Allah yang mempunyai hak untuk memberikan kepada siapapun yang ia kehendaki, tetapi setidaknya kita sudah mendapatkan pahala dan keberkahan yang begitu besar pada bulan puasa Ramadhan.