BPR Sumsel fokus selesaikan kredit bermasalah

id Bank Prekreditan Rakyat, kridit, npl, nasabah, indikator Non Performing Loan

BPR Sumsel fokus selesaikan kredit bermasalah

Ilustrasi. (Antarasumsel.com/Nova Wahyudi)

Palembang (Antarasumsel.com) - Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sumatera Selatan fokus menyelesaikan kredit bermasalah mengingat indikator Non Performing Loan (NPL) telah melewati ambang batas toleransi Otoritas Jasa Keuangan yakni 13 persen dari seharusnya 5 persen.

Plt Dirut BPR Sumsel Mashur di Palembang, Rabu, mengatakan, sejumlah nasabah sudah diajak bernegosiasi untuk mencari solusi atas ketidakmampuan membayar ansuran sesuai kesepakatan dengan bank.

"Negosiasi ditawarkan ke nasabah, bisa masa kreditnya ditambah supaya asuran menjadi lebih ringan, atau penarikan aset agar terlepas dari kewajiban membayar. Untuk penarikan aset jaminan ini, merupakan pilihan terakhir," kata Mashur.

Ia yang baru menjabat di BPR Sumsel kurang lebih satu bulan mengamati persoalan kredit bermasalah ini sedapat mungkin harus cepat diselesaikan karena dikhawatirkan mengganggu likuiditas perusahaan.

Meski tidak mudah mengingat saat ini terjadi pelemahan ekonomi yang berdampak pada sektor properti, perdagangan retail dan eceran, Manshur menargetkan persoalan ini dapat teratasi minimal pada pertengahan tahun.

"Saya berharap pada tahun ini, BPR Sumsel ada laba setelah dua tahun nihil. Target ini diharapkan tercapai melalui ekspansi kredit, penyelesaian kredit bermasalah, dan efisiensi," kata dia.

Kepala OJK Kantor Regional VII Sumatera Bagian Selatan Panca Hadi Suryatno mengatakan bahwa saat ini sejumlah perbankan menghadapi masalah ketidakmampuan nasabah untuk membayar ansuran.

Salah satu faktor penyebabnya karena penggerak ekonomi Sumsel yakni komoditas karet diketahui harganya sedang terjun bebas di kisaran Rp4.000-Rp4.500 per kilogram.

Untuk itu, OJK telah menyurati seluruh perbankan untuk segera menyelesaikan kredit-kredit bermasalah tersebut demi tetap terjaganya pertumbuhan sektor perbankan di kisaran 9-13 persen pada 2017.

"Jangan fokus ekspansi saja, perbankan juga harus fokus menyelesaikan kredit bermasalah," kata Panca.

Sementara itu, berdasarkan data terayar OJK diketahui Indikator kredit bermasalah NPL perbankan yang beroperasi di Sumatera Selatan terus membaik di angka 3,53 persen setelah sempat menyentuh angka 3,57 persen (masih di bawah batas aman 5,0 persen) pada Februari 2017.

Sedangkan, data OJK periode Desember 2016-Maret 2017 menunjukan pertumbuhan sektor perbankan konvesional di Sumsel masih lambat pada triwulan I 2017 yakni aset tumbuh 4,7 persen, kredit -0,06 persen, DPK 6,0 persen dan LDR -6,42 persen.

Sementara untuk perbankan syariah mencatat pertumbuhan lebih baik yakni aset tumbuh 13,84 persen, kredit 12,68 persen, DPK 2,28 persen dan FDR 9,61 persen.***3***

(T.D019/B/H005/H005) 31-05-2017 15:10:35