Investasi pasar modal strategi jitu kejar inflasi

id pasar modal

Investasi pasar modal strategi jitu kejar inflasi

Ilustrasi---Kegiatan di pasar modal. (ANTARA FOTO)

Palembang (Antarasumsel.com) - Berinvestasi di pasar modal merupakan salah satu strategi jitu untuk mengatasi inflasi kenaikan harga barang yang cenderung kecepatan tidak dapat terkejar jika hanya menyimpan uang di bank dalam kaitan mengharapkan bunga, kata Kepala Ritel Sekuritas Mandiri Andreas Gunawidjaya.

"Setiap orang sudah seharusnya berinvestasi karena di masa datang dipastikan akan berhadapan dengan penurunan pendapatan seperti pensiun, dan inflasi harga barang dan jasa. Jika sebelumnya dengan uang Rp100 juta bisa membeli mobil baru, saat ini sudah tidak bisa lagi," kata Andreas yang menjadi pembicara dalam acara sosialisasi pasar modal di Palembang, Selasa.

Dalam kegiatan yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan Regional 7 Sumbagsel bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia Sumsel, Andreas mengatakan bahwa banyak cara untuk berinvestasi namun jika ingin mendapatkan return yang tinggi maka sebaiknya membeli saham atau reksadana.

"Ada tiga cara berinvestasi menurut teorinya, yakni membeli proferti, berinvestasi pada usaha rill, dan saham. Dari ketiga hal itu memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, tinggal lagi nasabah mencari mana yang paling cocok dengan kebutuhannya," kata dia.

Ia menyarankan bagi mereka yang bekerja sebagai karyawan/pegawai maka tidak salah jika mencoba berinvestasi di pasar modal untuk memperoleh keuntungan di masa datang.

Andreas mengatakan, saham yang dibeli baru dijual pada 10-20 tahun mendatang yang diproyeksikan sesuai kebutuhan keluarga, semisal untuk biaya pendidikan tinggi anak.

Untuk itu, penanam modal tidak perlu khawatir jika terjadi fluktuasi harga dalam masa jangka pendek karena sejatinya harga saham tersebut naik ketika akan dijual pada 10-20 tahun mendatang.

"Tipsnya carilah perusahaan yang labanya terus bertumbuh meski secara bulanan terjadi fluktuasi harga," kata Andreas.

Untuk itu, bagi kalangan karyawan ini dapat memakai jasa perusahaan sekuritas yang menjadi agen untuk mengolah dananya.

Jika calon penanam modal masih khawatir akan resiko membeli saham ini, maka dapat mencoba produk reksadana terlebih dahulu yang dikenal memiliki return seperti deposito tapi liquid seperti tabungan di bank.

Sementara itu, Deputi Direktur Penetapan Sanksi Pasar Modal OJK Neviyanti dalam kesempatan yang sama mengatakan masyarakat saat ini tidak perlu khawatir lagi untuk berinvestasi di pasar modal karena OJK mengawasi industri jasa keuangan ini.

"Semua perusahaan sekuritas yang bisa menjadi agen pasar modal itu terdaftar di OJK. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir, justru pasar modal ini merupakan upaya pemerintah memberangus investasi bodong," kata dia.

Industri pasar modal di Sumsel sejauh ini cukup berkembang yang ditandai dengan penambahan investor setiap tahunnya. Data BEI Sumsel diketahui per 12 Mei 2017 terdapat 8.648 investor menggunakan SID tanda pengenal KTP asal Sumsel.

Pertambahan ini setara dengan 51,6 persen total pertumbuhan investor baru Kota Palembang sepanjang 2016 yang mencapai 1.498 SID.