Palembang batal gandeng Prancis kelola smart city

id smart city, Wali Kota, kota palembang, Harnojoyo, kamera pengintai

Palembang batal gandeng Prancis kelola smart city

Wali Kota Palembang, Harnojoyo (Antarasumsel.com/Feny Selly)

Palembang (Antarasumsel.com) - Pemerintah Kota Palembang, Sumatera Selatan batal menggandeng Prancis untuk mengelola proyek "smart city" karena terjadi perubahan dari kesepakatan awal, kata Wali Kota setempat Harnojoyo.

"Memang benar, semula Prancis mau bantu. Rupanya terjadi perubahan dari penawaran awal, semula berbentuk hibah menjadi pinjaman jangka panjang. Lantaran itu, terpaksa dibatalkan," kata Harnojoyo di Palembang, Senin.

Untuk mengatasi hal ini, ia melanjutkan, pemkot telah menganggarkan dana Rp6 miliar pada 2017 untuk pemasangan sejumlah kamera pengintai (cctv) yang merupakan bagian dari konsep smart city.

Dalam pemasangan kamera cctv ini, pemkot menargetkan akan dilakukan secara bertahap dan lebih baik dari yang dilakukan Kota Makassar.

"Saya, gubernur, dan kapolda sudah melihat langsung bagaimana sistem cctv terbaik yang ada di Makassar. Tentunya Kota Palembang akan menerapkan yang lebih baik karena akan menjadi tuan rumah Asian Games XVIII tahun 2018," ujar dia.

Menurut Harnojoyo keberadaan kamera pengintai di sejumlah area penting menjadi kebutuhan mendesak saat ini karena semua kejadian terkait publik membutuhkan respon cepat dari pemerintah.

Palembang berharap memiliki satu pusat kontrol penanganan krisis yang lebih modern yakni menyuguhkan data yang akurat dan `realtime`.

"Rencananya di balai kota akan dijadikan pusat kontrol smart city, dan tahun ini harus sudah jalan," kata dia.

Prancis sebelumnya menjanjikan akan menghibahkan dana senilai Rp750 miliar untuk membangun sistem teknologi informasi "smart city" di Palembang untuk menunjang peran kota tersebut sebagai tuan rumah Asian Games tahun 2018.

Direktur utama Cofely Ineo (perusahaan teknologi informatika asal Prancis), Erick Bric Bruder dalam paparan di hadapan Wali Kota Palembang Harnojoyo pada 13 Agustus 2015 mengatakan, bantuan ini diberikan sebagai wujud kepedulian Prancis terhadap negara-negara di Asia dalam program realisasi dana darurat dunia.