Isu deforestasi masih jadi tantangan perkebunan sawit

id Dinas Perkebunan, Anung Riyanta, deforestasi, perkebunan sawit, Kerusakan hutan, hph

Isu deforestasi masih jadi tantangan perkebunan sawit

Hamparan perkebunan kelapa sawit dari atas . (ANTARA/Kasriadi/Koz/hp)

Palembang (Antarasumsel.com) - Isu pengerusakan hutan atau deforestasi hingga kini masih menjadi tantangan pelaku bisnis perkebunan kelapa sawit di Indonesia, kata Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Perkebunan Sumatera Selatan Anung Riyanta.

"Isu deforestasi masih sangat kuat jika terkait perkebunan sawit, padahal jika semua pihak mau jujur maka sebenarnya sawit ini telah menghijaukan kawasan," kata Anung di Palembang, Rabu.

Ia mengatakan, berdasarkan pengalamannya sebagai birokrat yang mengurus sektor perkebunan sejak tahun 80-an.

"Saat itu saya datang ke Banyuasin dan Musi Banyuasin, yang ada hamparan ilalang sejauh mata memandang. Memang benar dulunya kawasan itu hutan tapi saat dijadikan perkebunan sawit, keadaannya sudah berbeda. Bukan hutan lagi," kata Anung.

Kerusakan hutan itu sejatinya telah terjadi pada beberapa dekade lalu saat adanya izin HPH.

Namun seiring dengan meningkatnya kebutuhan minyak nabati dunia dan faktanya hanya CPO yang bisa memenuhi, maka isu deforestasi ini kian menjadi-jadi. Bukan hanya itu, belum lama ini perkebunan sawit dituduh mempekerjakan anak.

Untuk menangkal isu negatif ini, pemerintah sejak beberapa tahun terakhir mengeluarkan mandatory terkait sertifikat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil System) dari lembaga sertifikasi.

Melalui sertifikat ISPO ini, produk-produk CPO dihasilkan dapat dipastikan melalui proses yang ramah lingkungan karena beberapa hal yang menjadi indikator seperti legalisasi lahan, perkebunan berwawasan lingkungan, dan lainnya.

"Isu negatif sawit ini luar biasa terutama dari parlemen Eropa. Ke depan, pemerintah terus berjuang untuk mendorong bagaimana pengelolaan sawit ini terus berkelanjutan," kata dia.

Provinsi Sumatera Selatan saat ini memiliki luas perkebunan sawit 1,1 juta hektare yang 58 persennya merupakan perkebunan inti, 26 persen perkebunan plasma dan sisanya 16 persen merupakan perkebunan swadaya.

Terkait pengelolaan sawit berkelanjutan, Sumsel telah memiliki konsep Green Growth South Sumatera yang sekaligus salah satu upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan.