Awasi anak saat gunakan Medsos

id medsos, media sosial, anak, bermain hp, BNPT, Amrizal, orang tua, handphone

Awasi anak saat gunakan Medsos

Ilustrasi (Antarasumsel.com/Grafis/Aw)

Jambi (Antarasumsel.com) - Inspektur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Amrizal, mengajak semua pihak untuk mengawasi anggota keluarga dan lingkungan masing-masing saat menggunakan media sosial (medsos).

"Di era saat ini kecenderungannya banyak anak-anak yang lebih asyik menggunakan handphone, ketimbang melakukan interaksi dengan orang lain," kata Amrizal di Jambi, Jumat.

Menurut dia, jika keluarga lalai mencermati fenomena ini, secara tidak langsung paham radikalisasi terorisme akan mudah masuk.

"Sekarang anak-anak asyik main handphone. Sekarang jarang lagi kita dengar suara anak-anak," kata Amrizal saat menyampaikan materinya di acara Rembuk Kebangsaan Perempuan Pelopor Perdamaian yang dilaksanakan BNPT bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jambi.

"Disinilah kita sering kecolongan. Kita tidak tahu apa yang sedang mereka buka. Malahan di era sekarang, tak hanya anaknya, orangtuanya pun asyik main handphone. Selain handphone itu ada manfaat, kan banyak juga yang berbahaya," ujarnya lagi.

Oleh sebab itu, Amrizal mengatakan semua pihak perlu terlibat dalam upaya pencegahan ini. Terutama sekali unsur pemerintah, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, pemuda, LSM dan media massa agar berperan serta dalam hal ini.

Dia mengatakan, peran semua pihak terkait sangat penting karena ada sejumlah potensi yang bisa muncul.

"Masyarakat saat ini sering tidak mau menerima para mantan narapidana teroris, keluarga mantan teroris. Kalau itu terjadi, tentunya bukan tidak mungkin mereka kembali lagi kelompoknya. Karena mereka tidak diterima di masyarakat," katanya menjelaskan.

"Makanya yang jadi sasaran kita, selain yang di dalam Lapas, di masyarakat, kita juga memantau potensi masyarakat untuk radikal, keberadaan mantan narapidana teroris, keluarganya, maupun jaringannya," jelasnya lagi.

Dia mengungkapkan, berdasarkan data tahun 2012, profil pelaku terorisme dari tamatan SLTA sebanyak 63,6 persen. Lalu tingkat universitas 21,9 persen, SMP 10,9 persen dan tamatan SD 3,6 persen.

"Dengan kenyataan ini, kami mengajak ibu-ibu supaya bisa memagari keluarganya," ujarnya.