Ratusan Pedagang Tanjungpinang terlilit utang rentenir

id rentenir, pedagang, lintah darat, utang, pengamat ekonomi kerakyatan, Ahmad Dhani

Ratusan Pedagang Tanjungpinang terlilit utang rentenir

Ilustrasi. (Antarasumsel.com/Feny Selly/Ag/17)

Tanjungpinang (Antarasumsel.com) - Ratusan pedagang kecil di Tanjungpinang, ibu kota Kepulauan Riau terlilit utang yang harus dibayar kepada rentenir, kata pengamat ekonomi kerakyatan, Ahmad Dhani.

"Yang saya ketahui dalam beberapa bulan ini, ada sekitar 200 pedagang kecil yang meminjam uang kepada rentenir. Ini tidak membuat usaha mereka berkembang, karena harus membayar bunga dari uang yang dipinjam," katanya di Tanjungpinang, Rabu.

Ahmad Dani yang juga mantan dosen di salah satu kampus swasta di Tanjungpinang mengemukakan banyak pedagang yang tidak mampu membayar utang kepada rentenir karena bunga pinjaman yang terlalu tinggi, yakni  antara 20-30 persen.

Sebagai contoh, seorang pedagang hanya menerima uang sebesar Rp800.000 dari Rp1 juta uang yang dipinjam dari rentenir. Kemudian setiap hari harus menyicil utang tersebut sesuai kesepakatan.

Pedagang tersebut harus membayar Rp1,2 juta. Jika terlambat membayar, maka bunga pinjaman terus meningkat, bahkan dapat melebihi dana yang dipinjam.

Dengan kondisi seperti itu, kata dia pedagang potensial tidak dapat meningkatkan usahanya. Bahkan untuk bertahan dan menafkahi keluarganya juga sulit.

"Akhirnya, setiap hari mereka dikejar-kejar rentenir. Ditagih dengan cara-cara yang tidak manusiawi," ucapnya.

Menurut dia, ada beberapa faktor yang menyebabkan pedagang kecil terlilit utang kepada rentenir seperti meminjam uang kepada rentenir dapat diproses secara cepat.

Kemudian, kondisi perekonomian yang lemah sehingga membutuhkan dana untuk melanjutkan usahanya.

Sementara penyebab terakhir berhubungan dengan gaya hidup. Gaya hidup yang tidak sederhana dan tidak sesuai dengan pendapatan menyebabkan para pedagang terpuruk setelah terlilit utang.

Dia mencontohkan, seluruh anggota keluarga pedagang kecil menggunakan ponsel. Mereka menggunakan ponsel yang mahal, karena ingin mengikuti perkembangan teknologi. Untuk membeli ponsel yang mahal, mereka terpaksa berutang kepada rentenir.

"Sikap seperti ini yang perlu diperbaiki sehingga para pedagang dapat fokus mengembangkan usahanya dan tidak terlilit utang," katanya.

Dhani mengatakan pedagang sebaiknya membiasakan diri meminjam uang di lembaga resmi.          
"Pemerintah juga harus mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan melalui pinjaman dengan bunga ringan," katanya.