Kepala BKKBN: Hindari nikah muda

id BKKBN, Surya Chandra Surapaty

Kepala BKKBN: Hindari nikah muda

Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty memberikan kuliah umum di Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Palembang, Selasa (21/2). (Antarasumsel.com/Nova Wahyudi/17)

...Menikah muda itu sangat rentan sekali, bukan hanya dari sisi psikologis tapi juga fisik...
Palembang (Antarasumsel.com) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapaty mengingatkan para generasi muda untuk menghindari nikah pada usia muda di bawah 25 tahun untuk laki-laki dan 20 tahun untuk perempuan guna menekan sejumlah risiko.

"Menikah muda itu sangat rentan sekali, bukan hanya dari sisi psikologis tapi juga fisik. Kondisi organ-organ tubuh yang belum maksimal untuk mengandung dan melahirkan tentunya dapat berisiko kematian pada ibu," kata Surya dalam kuliah umum di Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Palembang, Selasa.

Ia mengatakan sejak 2007, Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian ibu (AKI) tertinggi di Asia Tenggara (UNFPA, 2013) dengan 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup.

Lima tahun kemudian, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2013) menunjukkan AKI di Indonesia berada pada angka 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup.

Lantaran raport merah itu, target kelima Millenium Development Goals pada 2015 yakni mencapai 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup menjadi meleset.

Untuk memperbaiki catatan merah ini, BKKBN gencar menyosialisasikan gerakan "Jangan pada 4T" yakni Jangan terlalu muda, terlalu dekat, dan terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan.

"Jika melahirkan terlalu muda, ini sangat berisiko karena organ belum tumbuh secara maksimal, terlalu dekat juga tidak baik karena seorang ibu tidak memiliki masa pemulihan pada rahimnya, dan begitu pula dengan terlalu tua karena akan berisiko kematian," kata Surya.

Oleh karena itu, pada kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas di Unsri, Surya mengingatkan agar mereka menunda menikah. Para mahasiswa diharapkan lebih fokus menyelesaikan pendidikan untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

"Di era saat ini, yang penuh informasi dan teknologi dibutuhkan SDM yang berotak, tidak seperti beberapa dekade lalu. Untuk itu, generasi muda harus memiliki kompetisi agar mampu bersaing dan berkarakter yang kuat agar benar-benar unggul," kata Surya.

Hal ini telah sejalan dengan konsep yang diusung BKKBN yakni tidak sebatas fokus pada pada penurunan jumlah kelahiran total dan angka kelahiran anak dari setiap wanita usia subur (TFR), tapi lebih luas lagi yakni bagaimana agar SDM yang terlahir ini berkualitas dan berdaya saing.

BKKBN pada era pemerintahan Jokowi-JK telah menjalankan sejumlah program, salah satunya program Kampung KB yakni program berwawasan kependudukan yang menggarap pemukiman-pemukiman miskin, padat penduduk, kriminalitas tinggi, dan bergizi buruk.

Melalui program yang telah diluncurkan Presiden Joko Widodo pada 2016 ini, BKKBN berharap dapat menekan TFR dari 2,6 (anak yang lahir dari wanita subur lebih daru dua, tapi kurang dari tiga) menjadi 2,1.

"Target ini bukan hanya target BKKBN tapi target kita bersama, seperti saya mengutip pidato Panglima TNI Gatot Nurmatyo bahwa serangan pada negara bukan hanya serangan dari negara luar, tapi serangan dari dalam negeri sendiri yakni ledakan penduduk," kata Surya.